Agar tenang dalam menjalani kehidupan, seorang muslim perlu memahami konsep rezeki dalam Islam. Sebagai agama sempurna, Islam tak membatasi rezeki hanya dalam masalah harta. Menganggap rezeki hanya soal harta, sejatinya merupakan sebuah pengingkaran.
Itulah pemahaman yang disayangkan dalam kehidupan modern saat ini. Ketika manusia saling berjibaku memburu harta. Seakan harta adalah satu-satunya rezeki yang Allah berikan. Bahkan tidak sedikit yang menghalalkan segala cara untuk meraih harta sebanyak-banyaknya.
Padahal jika dilihat dalam Agama Islam, harta hanyalah satu bagian dari rezeki. Dengan mengetahui konsepnya, seorang muslim akan lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan. Nah bagaimana konsep rezeki dalam Islam tersebut?
Rezeki Adalah Jaminan
Dasar pemahaman tentang rezeki adalah bahwa setiap makhluk yang Allah ciptakan telah dijamin rezekinya. Baik yang berakal maupun tidak, Allah tanggung kehidupannya di dunia dengan rezeki yang telah ditentukan kadarnya.
Hakikat rezeki dalam Islam adalah sebagai bentuk tanggung jawab Allah terhadap makhluk ciptaanNya. Dan Allah tidak akan merasa berat dengan pemenuhan kebutuhan makhlukNya itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Hud ayat 6 yang artinya,
“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang jelas (Lauh Mahfudz)”.
Berbekal ayat tersebut, tidak sepatutnya seorang muslim khawatir terhadap rezekinya. Mengkhawatirkan rezeki sama saja tidak percaya dengan kuasa Sang Pencipta. Mudah sulitnya hidup merupakan bentuk ujian kepada makhluk.
Selain itu ciri orang kaya menurut Islam bukanlah yang selalu bergelimang harta. Rezeki Allah begitu luas, banyaknya harta bukan jaminan kekayaan. Saat dilanda kesulitan harta, manusia perlu muhasabah. Di balik kurangnya harta, Allah tentu memberikan rezeki dalam bentuk yang lain.
Konsep Rezeki Dalam Islam
Konsep rezeki dalam Islam sejatinya hanyalah apa yang digunakan seorang muslim untuk mencapai ketakwaan. Tidak hanya itu, ketakwaan dapat ditempuh dengan menjalankan semua perintah Allah sekuat tenaga serta meninggalkan laranganNya.
Menjalankan perintah dan meninggalkan larangan dibutuhkan banyak komponen pendukung. Baik berupa kekuatan badan, keluarga yang menguatkan, hingga beragam fasilitas. Mulai dari ilmu hingga kendaraan.
Maka dari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rezeki untuk meniti jalan takwa. Dalam badan, Allah memberikan rezeki berupa kesehatan dan kekuatan. Sedangkan dalam fasilitas seperti ilmu dan kendaran, Allah memberikan harta untuk memilikinya.
Allah memastikan rezeki seorang hamba akan cukup digunakan hingga dirinya meninggal. Rasulullah mengabarkan, tidak akan meninggal dunia seseorang kecuali telah habis jatah rezekinya di dunia.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya. Karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat dan bertawakalah kepada Allah wahai sekalian manusia. Carilah rezeki yang baik, ambil yang halal dan tinggalkanlah yang haram”. (HR Ahmad)
Maka seorang muslim tidak sepantasnya mengkhawatirkan masalah rezeki. Saat Allah ridho terhadap rezeki seorang hamba, Allah akan memberikan keberkahan. Sedangkan saat merasa kekurangan rezeki, Allah telah memberikan alternatif sebagai solusi.
Salah satu alternatif yang Islam ajarkan berkaitan rezeki adalah dengan bersedekah. Sedekah menjadi pintu rezeki menurut Islam yang mudah diamalkan. Selain tidak terikat aturan khusus, sedekah bisa ditunaikan dengan beragam cara.
Sedekah tidak harus dilakukan dengan harta. Jika memberatkan, memberikan senyuman pada saudara sudah termasuk sedekah. Melaksanakan shalat dhuha adalah sedekah. Atau jika ingin tetap menggunakan harta, bisa berlatih dengan membiasakan sedekah setiap hari sesuai kemampuan.
Rezeki Allah Kepada Orang Kafir
Pembahasan konsep rezeki dalam Islam berbeda dengan rezeki yang Allah berikan kepada orang munafiq maupun orang kafir. Rezeki yang Allah berikan kepada mereka sejatinya merupakan bentuk istijrad. Dimana saat mereka terlena, harta akan semakin membawa mereka dalam kesesatan.
Manusia pada dasarnya memiliki sifat tamak dan berlebihan. Di sinilah agama Islam menjadi aturan agar manusia lebih terkendali. Dan dengan konsep rezeki dalam Islam, seorang muslim akan memahami bagaimana memperlakukan rezeki khususnya harta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Asy-Syura ayat 27 yang artinya,
“Dan seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi. Tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakinya dengan aturan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat”.
Rezeki Perlu Diperjuangkan
Berdasarkan ayat di atas, Allah tidak melapangkan rezeki seorang hamba. Maksudnya semua rezeki tidak akan diberikan seluruhnya dalam satu waktu. Allah menakar rezeki hamba dengan memberikan rezeki tepat pada waktunya.
Maka pembagian rezeki menurut Islam akan adil antara satu muslim dengan muslim lainnya. Memandang rezeki dari satu bagian adalah sebuah kesalahan. Terlebih hingga mengatakan Allah tidak adil lantaran membuat beda harta yang satu dengan yang lain.
Dalam melihat luasnya rezeki Allah, sebaiknya manusia melakukan introspeksi. Dengannya manusia akan lebih bisa bersyukur. Pasalnya, meskipun manusia bersusah payah menghitung rezeki Allah, niscaya tidak akan mampu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 34 yang artinya,
“Dan Dia telah memberikanmu (keperluan) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan mengingkari (nikmat Allah)”.
Salah satu bentuk syukur adalah menyambut rezeki yang Allah berikan dengan bekerja. Hakikatnya meskipun rezeki telah dijamin, namun untuk meraihnya diperlukan perjuangan. Dan bermalas-malas dalam bekerja merupakan bentuk pengingkaran terhadap rezeki berupa badan yang kuat dan kesehatan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada seekor burung yang keluar pada pagi hari dalam keadaan lapar lalu sore harinya pulang dalam keadaan kenyang”. (HR At-Tirmidzi)
Melapangkan Rezeki Dengan Sedekah
Jika dalam perjuangan mendapatkan rezeki mengalami kesulitan, seorang muslim bisa menempuh cara alternatif. Sebagaimana yang disinggung di atas, sedekah menjadi alternatif seorang muslim dalam membuka pintu rezeki.
Terlebih, untuk bersedekah pun saat ini sudah semakin mudah. Jika Anda kesulitan untuk menemukan orang yang berhak atau terhalang kesibukan kerja, sedekah pun dapat dilakukan melalui smartphone.
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) telah menyediakan layanan sedekah online yang bisa diakses kapanpun dan dari manapun. Harapannya dengan adanya layanan tersebut akan semakin mempermudah kaum muslim mengaplikasikan niat baiknya.
Selain menjembatani penyaluran sedekah kaum muslim, BMH juga mengupayakan program sosial kemasyarakatan yang lain. Salah satu programnya adalah pelaksanaan penyembelihan hewan kurban.
Maka bagi kaum muslim yang ingin ibadah kurbannya lebih berkesan, BMH bersedia menyalurkannya pada daerah muslim yang membutuhkan. Dari survey yang telah dilakukan, banyak daerah yang jarang melakukan penyembelihan hewan kurban, padahal mayoritas penduduknya adalah muslim.
Kami berdoa semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan pada setiap hamba dalam menunaikan niat baiknya, serta memberikan keberkahan dalam kehidupannya.