Khasanah-Tradisi-Bahasa-Burung-di-Kuskoy-Turki-2.jpg

Tradisi Unik yang Tergeser oleh Gadget

Kuşköy: Desa dengan Tradisi “Bahasa Burung”

Sebuah desa di Turki memiliki budaya unik, saling berkomunikasi dengan “bahasa burung”, namun seiring masuknya smartphone, anak muda sudah enggan menggunakanya

Manusia telah menghabiskan waktu berabad-abad untuk dapat berkomunikasi satu sama lain. Mereka mempelajari isyarat, bahasa, seni, musik, dan apa yang tidak memungkinkan hal ini terjadi.

Umumnya warga dunia, berkomunikasi menggunakan bahasa tutur. Pernahkah Anda memikirkan komunikasi melalui siulan (bersiul?)

Jika Anda dimudahkan rezeki, datanglah ke Turki, dan kunjungilah Kuşköy, sebuah desa di distrik Canakci di Provinsi Giresun dimana para penduduknya ahli berkomunikasi melalui suara burung alias bersiul.

Kuşköy adalah sebuah desa di kawasan Laut Hitam Turki, yang terletak di provinsi Giresun. Terjemahan literal dari nama tersebut adalah “Desa Burung”.

Bahasa siulan di Turki atau Turkiye, disebut “Kuş Dili”, digunakan oleh desa-desa di wilayah utara Turki sebagai alat komunikasi, dan masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

Kuş dili sudah berusia sekitar 4 abad dan memungkinkan percakapan kompleks dalam jarak jauh tanpa menggunakan kata-kata, melainkan hanya siulan. Meski kuş dili  sangat popular, penduduk tidak melupakan bahasa ibu mereka, yakni bahasa Turki.

Selain itu, bahasa siulan dapat mengatasi kebisingan sekitar dengan lebih tepat dan efektif dibandingkan suara biasa atau teriakan.  Sifat ucapan bersiul melalui kebisingan juga dapat dianggap sebagai cara yang efektif untuk menandakan situasi darurat.

Kuş dili telah digunakan para petani di Kuşköy selama berabad-abad. Mereka mulai menggunakan bahasa burung agar mereka dapat dengan cepat berkomunikasi satu sama lain melalui perbukitan jauh tempat mereka biasa bekerja.

Dengan bahasa burung ini, mereka menyampaikan ungkapan-ungkapan yang sederhana seperti ‘oke’, bahkan pernyataan yang rumit seperti; “Apakah musim panen berikutnya diperkirakan akan menguntungkan?”

Biasanya, kuş dili digunakan sebagai undangan untuk minum teh atau membantu pekerjaan, memberi tahu tetangga jika muslim panen akan datang, atau pengumuman tentang pemakaman, kelahiran, dan undangan pernikahan.

Desa Kuşköy memiliki populasi yang kecil dan lebih dari 80 persen penduduknya menggunakan teknik komunikasi yang luar biasa ini.

Tergeser Handphone

Orang-orang yang terbiasa berbicara bahasa ini umumnya kakek, nenek, bapak-ibu para generasi yang ingin menjaga tradisi ini masih tetap hidup.

Untuk menjaga budaya ini, pemerintah local telah berupaya untuk menjaga praktik ini melalui Festival Bahasa Burung yang diselenggarakan secara tahunan dan mengajarkan bahasa tersebut di sekolah-sekolah sejak tahun 2014.

Sayangnya, anak-anak muda –baik kaum perempuan dan laki-laki—saat ini sudah mulai ogah mempelajari warisan budaya mereka. Meski UNESCO telah memasukkan tradisi unik ini dalam “daftar warisan budaya” yang dilindungi dan dijaga, tak banyak anak muda yang terus menggunakannya.

Selain alasan teknologi, migrasi masyarakat pedesaan ke perkotaan dan daerah maju untuk mencari pekerjaan juga dapat menjadi salah satu alasan utama punahnya bahasa ini.

Di era teknologi dan masukknya telepon pintar (smartphone), semakin sedikit orang anak-anak muda menunjukkan kesediaan untuk mempelajari bahasa siulan. Mereka secara bertahap mulai menjauhi penggunaan kuş dili.*

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.