Haji Jajang (72) merupakan sosok tokoh masyarakat di Kampung Pasir Gombong, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Sebagai tokoh agama begitu gempa melanda Cianjur pada 21 November 2022, ia langsung memeriksa masjid yang hanya selangkah dari kediamannya. Ia melihat masjid ada bagian yang runtuh dan tak mungkin diperbaiki dalam waktu dekat.
“Seketika saya menangis, karena dalam pikiran saya, kalau masjid tidak bisa digunakan, kemana masyarakat akan beribadah,” tuturnya kepada Kepala Humas BMH Pusat, Imam Nawawi saat berkunjung ke kediamannya yang retak namun telah kembali beliau tinggali.
Dai tangguh Laznas BMH, Ustadz Zainuddin Musaddad, mendengar ungkapan H. Jajang itu langsung merespon dengan ucapan “subhanallah.”
“Coba bayangkan, kebanyakan orang berpikir pasca musibah bagaimana rumah, bagaimana makan dan bagaimana anak. Tetapi beliau berpikir bagaimana ibadah masyarakat,” sambung Ustadz Zain kepada kami semua.
Kebahagiaan H. Jajang
Namun kesedihan H. Jajang itu Allah jawab dengan segera. Melalui washilah tim BMH akhirnya setelah melewati beberapa tahap pertemuan, disepakatilah pendirian masjid darurat yang tetap mengambil nama masjid yang selama ini warga Kampung Pasir Gombong gunakan, yakni Masjid Ash-Shofa.
“Tapi saya sekarang bahagia, bersyukur. Berkat dukungan dan bantuan dari BMH kami tetap bisa sujud dan ruku’ di masjid darurat. Saya semakin bahagia karena jama’ah selalu penuh setiap waktu sholat. Subhanallah,” jelas H. Jajang.
Meski demikian H. Jajang berharap masjid permanen yang kini runtuh dapat kembali dibangun agar kelak bisa lebih baik lagi dalam melayani warga dalam ibadah.
Lebih jauh H. Jajang berharap BMH dan kaum Muslimin mau membantu pendirian hunian sementara (huntara) bagi seluruh warga yang total ada 572 jiwa di Kampung Pasir Gombong.
“Kita harapkan itu semua penduduk yang hancur rumahnya bisa dibuatkan huntara. Kemudian kalau BMH mau ada pesantren di kampung ini, insha Allah kami siap,” tutup H. Jajang dengan air mata berlinang.*/Herim