Beras merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Bahkan ada yang beranggapan merasa belum makan jika belum mengkonsumsi beras (nasi).
Demikian juga para santri tahfidz binaan Laznas BMH Perwakilan Banten. Mengkonsumsi beras merupakan menu yang istimewa jika dibandingkan harus makan mie instan.
Apatah lagi di tengah kondisi saat ini harga beras makin mahal. Pihak pesantren makin kesulitan menyediakan beras untuk menu makan para santrinya.
Salah satunya adalah Pesantren Daarun Najah Walantaka.
“Santri disini tidak ada yang bayar. Untuk makan kadang mereka bawa beras sendiri dari rumah. Tapi itupun jarang, karena di rumah mereka juga kekurangan,” ujar Ustadz Dimyati selaku pimpinan pesantren.
Pesantren yang beralamat di Link Katepeng, Kelurahan Lebakwangi, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Provinsi Banten ini memang tidak memungut biaya sedikit pun untuk para santrinya.
“Alhamdulillah bulan ini dapat bantuan beras dari BMH, para santri bisa makan dengan puas. Terima kasih para donatur yang sudah membantu, semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik,” sambungnya bersyukur.
Selain Pesantren Daarun Najah Walantaka, masih ada beberapa pesantren yang diberi bantuan beras, seperti Pesantren Fatahillah di Ciruas, Kabupaten Serang. Pesantren Daar El-Ma’arif di Cadasari, Kabupaten Pandeglang. Dan Pesantren Darul Futhonah di Kabayan, Kabupaten Pandeglang.
“Sebenarnya belum semua pesantren binaan kita yang mendapat bantuan beras. Masih ada tujuh pesantren lagi yang perlu kita dukung di wilayah lainnya di Banten,” papar Roni Hayani selaku Kepala Divisi Program dan Pendayagunaan BMH Perwakilan Banten.
“Tiap bulannya kebutuhan beras untuk seluruh santri binaan kita tidak kurang dari dua sampai tiga ton beras. Olehnya, semoga para donatur terus bisa mensupport program Sedekah Beras Santri ini,” harap Roni.*/Herim
