IMG_20240112_171112_862.jpg

Perjuangan Ustadz Faris: Membangun Pesantren di Pedalaman Sebagai Bukti Semangat Berdakwah

Menjadi dai adalah pilihan luar biasa. Karena dalam dakwah penuh makna dan dedikasi.

Meskipun tidak selalu mendapat pengakuan formal seperti pahlawan. Para dai bekerja tanpa henti dalam misi dakwah untuk membimbing dan mendidik masyarakat, membawa terang ke pelosok negeri, mencerdaskan anak bangsa.

Dan, karena perjalanan itu adalah langkah mulia, seorang dai tidaklah mudah dalam menekuni jalan Nubuwwah.

Mereka sering dihadapkan pada berbagai rintangan dan cobaan, terutama ketika mereka bekerja di pedalaman. Salah satu contoh inspiratif adalah kisah Ustadz Faris, yang telah berjuang membangun pesantren di Kabupaten Langkat selama lima tahun terakhir.

Kisah Ustadz Faris

Tahun 2018 adalah tahun bersejarah bagi Ustaz Faris. Dia mendapatkan tugas baru untuk berdakwah di Langkat, meninggalkan Pulau Nias sebagai tempat tugas sebelumnya.

Tugasnya di Langkat tidak hanya mencakup tugas-tugas umum seperti menjadi khotib, imam sholat, mengajar ngaji, dan lainnya, tetapi juga membangun sebuah pesantren. Dan, tantangannya, pesantren ini harus dimulai dari nol, tanpa ada bekal modal dalam bentuk kapital.

Langkat memiliki banyak pesantren dan sekolah agama, serta tokoh agama dan ulama yang sudah mapan. Oleh karena itu, membangun pesantren di sana adalah sebuah tantangan besar yang memerlukan upaya dan pengorbanan yang luar biasa.

Ustadz Faris mulai dengan mencari lokasi yang sesuai untuk pesantren. Dia menemukan tanah wakaf yang sudah lama tidak terurus di Kampung Lalang, Desa Pekan Besitang, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat. Namun, lahan tersebut penuh semak dan memiliki lereng curam.

Dalam perjalanan menggarap tanah tersebut, Ustadz Faris aktif menjalin hubungan dengan masyarakat setempat melalui silaturahim, baik secara fisik maupun melalui media sosial.

Silaturahim adalah salah satu kunci sukses dalam mendirikan pesantren ini. Mereka menyampaikan cita-cita mereka untuk membangun pesantren secara bertahap dengan bahasa yang sederhana, dan dukungan pun mulai mengalir, meskipun sederhana.

Pada akhirnya, Allah mengabulkan harapan mereka dan memberikan bantuan. Bangunan-bangunan mulai berdiri di lahan tersebut, termasuk masjid, sekolah, asrama, rumah pengasuh, dan saung belajar. Pesantren ini diberi nama Pesantren Darul Fatah Hidayatullah.

Tantangan belum melandai, meski bangunan sudah berdiri, keberlanjutan pesantren masih bergantung pada bantuan dan dukungan dari pihak lain untuk kebutuhan sehari-hari, seperti logistik. Hal ini adalah cerminan nyata dari pertolongan Allah.

Selain berhasil membangun pesantren, Ustadz Faris juga telah berhasil mendidik 55 santri putra dan putri, dengan 17 di antaranya tinggal di asrama tanpa biaya alias gratis.

Perjuangan Ustaz Faris ini adalah contoh luar biasa dari semangat berdakwah dan membangun pesantren di pedalaman.

Tantangan dan kesulitan yang dia hadapi menjadi refleksi perjuangan yang tidak mudah, tetapi hasilnya sangat memuaskan dalam membimbing generasi muda dan masyarakat setempat menuju jalan yang benar.

“Laznas BMH hadir menguatkan dakwah di pedalaman melalui pesantren dengan bekerjasama dengan dai-dai pedalaman. Dari dana zakat, infak dan sedekah, cahaya Islam terus memendar dengan kiprah tak kenal lelah para dai dalam berdakwah,” tutup Kepala BMH Perwakilan Sumut, Lukman.*/Herim

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.