Bulan suci Ramadhan kerinduan Muslim di Asia Tengah, tapi pembatasan beragama rezim sekuler selalu ada
Bulan Ramadhan adalah bulan paling ditunggu bagi Muslim seluruh dunia, tidak terkecuali Muslim di wilayah Asia Tengah. Jutaan umat Islam, yang meliputi 5 negara –Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan, sebagian ada yang memasukkan Xinjiang— yang kini dicaplok China.
Ramadhan adalah waktu puasa sebulan, tempat doa, dan refleksi di mana orang beriman tidak makan, minum, dan kebutuhan fisik lainnya pada siang hari. Muslim berbondong-bondong shalat tarawih di masjid-masjid.
Akhir Ramadhan warga akan melakukan Oraza Ait (Idul Fitri), melibatkan perayaan dan pemberian hadiah antara keluarga dan teman menyambut berakhirnya bulan Ramadhan.
Agiz Acar di Uzbekistan
Di masa Uni Soviet (Sekarang namanya Russia), kegiatan ibadah Islam sempat dilarang dan Muslim tidak bebas menjalankan ibadah puasa. Kini, Muslim bisa mengundang tetangga atau sanak keluarga berbuka puasa sepanjang Ramadhan.
Muslim Uzbek memiliki tradisi Agiz Acar, acara kumpul keluarga saat berbuka yang dipimpin kepala keluarga untuk berdoa sebelum adzan berkumandang.
Makanan wajib berbuka adalah nisalda, terbuat dari roti. Ramadhan tahun ini, umat Islam diperkirakan akan berpuasa selama 17,5 jam dengan suhu udara berkisar 18 derajat celcius.
Asch Plaw Tajikistan
Islam masuk Tajikistan pada abad ke-7. Muslim Tajikistan adalah Sunni bermazab Hanafi, tapi pemerintahnya sekuler, yang sejak era Uni Soviet praktik keagamaan Islam dibatasi.
Selama bulan puasa, pasar dan toko mengalami perubahan besar dengan memajang barang dan komoditas Ramadhan serta produk-produk Timur Tengah seperti kurma, sajadah, sibhah (tasbih), siwak dan prasasti Islam yang diimpor dari negara-negara Arab.
Masjid-masjid dipercantik, karena banyak warga memilih shalat tarawih berjamaah di Rumah Allah tersebut. “Masjid memainkan peran penting, terutama selama Ramadhan, kami mempersiapkan bulan ini dengan mempercantik, memperluas, memperbaiki dan membersihkan masjid serta mengganti karpetnya. Sudah menjadi kebiasaan,” kata Syekh Muhammad Ali Zad, Imam salah satu masjid di Kota Dushanbe, di pusat kota Tajikistan.
Meskipun masjid tetap tempat pertemuan paling utama, makan bersama satu meja bersama keluarga dinilai menjadi tempat penting untuk membangun kebersamaan selama berbuka.
Menu makanan khas Ramadhan menghiasi meja adalah nasi bukhari (dikenal sebagai asch plaw), sup, kebab, dan manto-piring yang terbuat dari daging cincang yang tercakup dalam adonan dan dikukus.
Tradisi lain, yakni mengundang sanak saudara dan tetangga untuk berbuka puasa di rumah. Namun tahun lalu, pemerintah Tajikistan menerapkan larangan bawa anak ke masjid pada akhir Ramadhan, meskipun didampingi orang tuanya.
Lagu Ramadhan
Selama puasa, anak-anak Turkmenistan dan wilayah sekitarnya menyambut dengan nyanyian lagu Ramadhan dari rumah ke rumah.
Tapi di Kazakhstan, nyanyian Ramadhan dilarang selama era Soviet. Tapi sebagian warga melakukannya secara diam-diam agar tidak dianggap pihak berwenang pembuat onar.
Sementara di Kyrgyzstan, sebagian besar lagu-lagu Ramadhan dinyanyikan tiga hari terakhir Ramadhan. Menurut Tora Mirzayev, seorang profesor cerita rakyat di Akademi Sains Uzbekistan, tradisi menyanyikan lagu-lagu Ramadhan di Asia Tengah sudah ada sejak era pra-Islam.
“Dulu lagu Ramadhan juga dinyanyikan oleh orang dewasa,” katanya. “Tetapi sejak awal abad ke-20, lagu-lagu ini hanya dinyanyikan sebagai lagu anak-anak,” tambah dia.