16071_perubahan-dimulai-dari-diri-sendiri

Mulai dari Diri Sendiri

Dalam konteks pendidikan dan dakwah, keteladanan adalah hal yang mutlak dan kunci sukses para murabbi dan dai membina dan mendidik ummat

Dikisahkan dalam beberapa riwayat ketika Nabi ﷺ berada di Hudaibiyah, beliau memerintahkan orang-orang untuk menyembelih hewan kurban dan memotong rambut masing-masing, namun mereka tidak menuruti perintah tersebut. 

Dalam keadaan agak kecewa, Rasulullah ﷺ masuk ke tendanya dan berkata kepada istri beliau Ummu Salamah r.a: “Tiga kali aku memerintahkan orang-orang untuk menyembelih hewan mereka dan mencukur rambutnya. Tapi lihatlah betapa malas dan lambannya mereka.”

Saat itu, muncullah intuisi bijak istri Nabi, Ummu Salamah. Dengan lembut beliau berkata: “Ya Rasulullah, engkau tidak bisa membuat 1.500 orang ini melakukan apa yang tidak mereka inginkan. Lakukan saja kewajibanmu yang telah Allah tetapkan atasmu. Majulah dan laksanakanlah ibadahmu sendiri di tempat terbuka agar setiap orang bisa melihatmu. Ini tentu akan membuat mereka merasa bodoh,” kata Ummu Salamah. 

Nabi ﷺ mengikuti saran istrinya. Beliau keluar tenda dan berjalan ke tempat hewan ternak dan mengambil seekor unta lalu menggiringnya ke tempat terbuka dan menyembelihnya sambil berucap: “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Kemudian beliau memanggil Khirasy bin Umayyah al Khuza’i, dan mencukur rambutnya. Ketika kaum Muslim menyaksikan apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ tersebut, mereka pun bangkit dan mengikutinya. Mereka segera menyembelih hewan dan mencukur rambut mereka. (Al Mubarakfuri, ar Rahiq al Makhtum,  hal. 314).

Contoh

Demikianlah salah satu cara Rasulullah ﷺ mentarbiyah sahabatnya, yaitu mengerjakan terlebih dahulu dan memberi contoh setiap perintah yang akan disampaikan. 

Inilah yang menjadi rahasia sukses beliau dalam mengemban misi tarbiyah dan dakwah. Ajaran al Qur’an yang dibawanya telah menyatu menjadi akhlak dan kepribadian dalam dirinya. Karenanya ketika Aisyah r.a ditanya tentang akhlak Rasulullah ﷺ, dia menjawab bahwa akhlak beliau adalah al Qur’an.

Allah Ta’ala juga mengingatkan agar setiap ucapan itu selalu sesuai perbuatan. 

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3).

Syekh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan makna ayat ini: “… Bukankah amat besar murka Allah terhadap orang yang mengatakan sesuatu yang dia tidak kerjakan? Oleh karenanya, orang yang memerintahkan kebaikan hendaknya menjadi orang pertama yang melakukannya, dan orang yang melarang keburukan seharusnya menjadi orang yang jauh darinya”. (As Sa’di, Taisir al Karim ar Rahman, hal. 858).

Allah mengecam Ahli kitab yang memerintahkan berbuat baik, namun mereka sendiri tidak mengamalkannya. Allah berfirman yang artinya; “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah:44).

Ayat ini bermaksud, bahwa manusia selalu memilki kewajiban ganda, yaitu mengajak dirinya sendiri dan mengajak orang lain. 

Itulah sebabnya Allah SWT mengutus Rasulullah ﷺ sebagai teladan yang paripurna bagi umat manusia. Pribadi beliau merupakan gambaran sempurna tentang ajaran Islam yang menjadi panutan hingga akhir zaman. 

Dalam konteks pendidikan dan dakwah, keteladanan adalah hal yang mutlak, bahkan menjadi kunci sukses bagi para murabbi dan dai dalam membina dan mendidik ummat. Wallahu A’lam.*

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.