Pendekatan dialog sesuai akhlak Islami akan mempengaruhi peserta didik dalam bersikap dan berperilaku
Oleh: Dr. Nashirul Haq, LC, MA
Rasulullah ﷺ melakukan tarbiyah kepada para sahabat melalui berbagai cara, metode dan pendekatan. Salah satunya adalah metode dialog dan diskusi yang dalam bahasa Arab disebut al-hiwar.
Metode al-hiwar adalah percakapan secara bergantian antara dua pihak atau lebih terkait suatu topik yang mengarah kepada suatu tujuan.
Metode ini digunakan oleh Rasulullah ﷺ ketika membahas atau menghadapi suatu masalah, lalu beliau memanfaatkan untuk menyampaikan pesan, nasihat dan pelajaran.
Rasulullah ﷺ terkadang mendatangi sahabatnya di Masjid Nabawi atau di rumah mereka, maupun di tempat lainnya untuk bertanya berbagai hal.
Beliau menyampaikan suatu hal, kemudian para Sahabat menjawabnya hingga terjalin dialog. Salah satu contohnya sebagaimana dalam terjemahan hadits berikut:
‘’Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah ﷺ bertanya: “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari kiamat datang membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, namun dia juga membawa dosa mencaci maki si A, menuduh zina si B tanpa bukti, memakan hartanya si C, membunuh si D, dan memukul si E. Maka sebagian pahala amal kebaikannya diberikan kepada mereka. Jika pahala kebaikannya sudah habis, sedangkan belum selesai urusannya maka dosa orang yang dianiaya diberikan kepadanya. Kemudian dia dicampakkan ke dalam neraka.” (Shahih Muslim, no. 6671, 8/18,).
Contoh lain, Rasulullah ﷺ menyampaikan keutamaan shalat lima waktu yang didahului dengan pertanyaan. Beliau bertanya:
“Tahukah kalian andaikan di depan rumah kalian ada sungai mengalir dan kalian mandi di sana lima kali sehari, adakah kotoran yang masih melekat di badan kalian?”. Para sahabat menjawab: “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau bersabda: “Demikianlah shalat lima waktu, Allah jadikan sebagai pembersih dosa.” (Shahih al-Bukhari, no. 528, 1/112, Shahih Muslim, no. 283, 1/462).
Pendekatan melalui dialog bertujuan untuk merangsang peserta didik dalam berfikir secara kritis dan rasional serta berpendapat secara objektif dalam memecahkan suatu masalah.
Sebagaimana lazimnya dalam kehidupan manusia, banyak persoalan yang membutuhkan solusi melalui berbagai cara dan pendekatan. Di antaranya dengan melibatkan beberapa orang untuk berbagi (sharing) pemikiran dan pengalaman agar mendapatkan solusi yang tepat.
Melalui metode seperti ini, pendidik (murabbi) juga mendorong peserta didik (mutarabbi) menyampaikan pemikiran dan pendapatnya secara bebas. Metode dialog memberi sentuhan yang mendalam bagi peserta didik karena beberapa hal berikut:
Pertama; dialog menumbuhkan kesan dan perasaan dalam jiwa yang mengantarkan seseorang mengambil kesimpulan sendiri.
Kedua; pendekatan dialog dengan baik sesuai akhlak Islami, mempengaruhi peserta didik dalam bersikap dan berperilaku.
Ketiga; melalui metode dialog, pembicaraan berjalan dinamis, tidak menjenuhkan karena semua pihak terlibat dalam diskusi.
Keempat; peserta didik yang mendengarkan suatu nasehat lebih tertarik untuk mencermatinya, karena terasa lebih hidup dan tidak membosankan.
Kesimpulannya bahwa metode dialog ini sangat efektif digunakan dalam proses tarbiyah karena memberi kesan yang lebih mendalam, dinamis, aktif, ringan, dan menyenangkan. Wallahu Ta’ala A’lam.*