Menyantuni kaum dhuafa, Sumber: daysoftheyear.com

Cara Sederhana Menyantuni Kaum Dhuafa Sebagai Tanda Syukur

Ingin menyantuni kaum dhuafa namun bingung bagaimana caranya? Terkadang, seorang muslim ingin berbagi tetapi belum menemukan cara yang tepat. Meskipun terlihat sederhana, memberikan santunan perlu cara yang baik. Dalam Agama Islam, niat baik harus dilakukan dengan cara yang baik. Dengan demikian akan ridha Allah Ta’ala akan semakin dekat.

Terkadang masih dijumpai kaum muslim yang mengabaikan cara dalam berbagi. Padahal kedudukan cara berbagi hampir sama pentingnya dengan apa yang dibagikan itu sendiri. Maka tidak mengherankan jika Rasulullah menganjurkan untuk selalu berlaku baik dalam melakukan setiap perbuatan.

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh maka berlakulah baik dalam hal tersebut. Jika kalian menyembelih maka berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya.” (HR Muslim)

Siapa yang Dimaksud Kaum Dhuafa?

Secara bahasa, dhuafa bermakna lemah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kaum dhuafa adalah orang yang lemah, baik secara fisik maupun ekonomi. Selain itu, jika dilihat secara lebih luas, orang yang sedang dalam kezaliman pun termasuk di dalamnya. 

Bagi orang yang beriman, keadaan kaum dhuafa dalam hal ekonomi seringkali memunculkan motivasi sedekah. Meskipun pada dasarnya berbagai kelemahan seperti cacat, juga berpengaruh pada keadaan tersebut.

Yang dimaksud kaum dhuafa, Sumber: thestatesman.com
Yang dimaksud kaum dhuafa, Sumber: thestatesman.com

Kata yang bermakna sama dengan dhuafa juga ditemukan dalam Al-Quran. Jika melihat redaksinya, kelemahan seseorang dapat terjadi karena dua hal. Yakni murni bawaan sejak lahir dan akibat keserakahan sesama manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 9 yang artinya,

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah (dhi’afan), yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka.”

Dan dalam firman-Nya di surat Al-Qashash ayat 4 yang artinya,

Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah. Dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dari kedua ayat Al-Quran di atas, mereka yang masuk dalam kaum dhuafa tidak terdiri dari satu jenis keadaan. Beberapa di antaranya adalah orang fakir dan miskin, difabel, hamba sahaya, tawanan, janda miskin, orang jompo, pekerja kasar, orang berpenyakit berat hingga yang sedang dalam bencana dan penindasan.

Dengan demikian jika akan memberikan santunan, mereka adalah orang yang berhak diutamakan selain keluarga. Saat tepat sasaran dalam berbagi, hikmah menyantuni kaum dhuafa akan lebih besar. Selain lebih besar dalam segi pahala, juga akan lebih bermanfaat.

Keutamaan Menyantuni Kaum Dhuafa

Memberikan santunan kepada kaum dhuafa memiliki keutamaan tersendiri dalam Agama Islam. Berikut adalah beberapa keutamaannya:

1. Menggapai Ridha Allah

Keutamaan dalam berbagi kepada kaum dhuafa yang pertama yakni akan mendatangkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Manfaat memberi sebenarnya tidak hanya akan dirasakan oleh orang yang menerima, namun juga bagi yang mengeluarkan.

Dari Abu Darda’ menyampaikan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, 

Carilah keridhaan-Ku dengan berbuat baik kepada orang-orang yang lemah. Karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah diantara kalian.” (HR Abu Dawud)

Keutamaan menyantuni dhuafa, Sumber: muslimhands.org.uk
Keutamaan menyantuni dhuafa, Sumber: muslimhands.org.uk

2. Perhatian Allah di Hari Kiamat

Selain itu, kebiasaan berbagi kepada orang-orang lemah dengan penuh keikhlasan dampaknya hingga di hari kiamat kelak. Orang yang melakukannya karena Allah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kesusahan hari kiamat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Insan ayat 8-11 yang artinya,

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan para tawanan….Sesungguhnya kami takut pada siksa Tuhan kami pada suatu hari yang orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan itu dan memberikan kepada mereka kejernihan dan kegembiraan hati.”

3. Mendatangkan Rezeki dan Keberkahan Hidup

Hal yang tidak kalah penting dampak dari kebiasaan berbagi pada kaum dhuafa adalah dalam kehidupan di dunia. Selain kelancaran rezeki, satu hal yang sangat didambakan oleh orang beriman adalah keberkahan hidup. Kedua hal itu akan datang pada orang yang bahagia saat menyantuni kaum dhuafa.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

Pintu rezeki akan terbuka sampai ‘Arsy. Allah menurunkan kepada hamba-Nya bagian rezeki mereka sesuai dengan banyaknya sedekah mereka. Barangsiapa yang sedikit mengeluarkan sedekah, maka Allah akan memberikan sedikit rezeki. Dan barangsiapa yang banyak mengeluarkan sedekah, maka Allah akan memberinya rezeki yang banyak.” (HR Dailami)

4. Melunakkan Hati

Kecintaan manusia kepada harta seringkali menjadikan hatinya menjadi keras. Namun untuk merubah hal tersebut, berbagi ternyata menjadi penawar yang bisa melunakkan hati. Meskipun belajar sedikit demi sedikit, tidak terasa kerasnya hati akan lunak dengan sendirinya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi penjelasan akan hal itu yang artinya,

Sesungguhnya seseorang datang mengadu kepada Rasulullah atas keras hati yang dialaminya. Beliau bersabda, usaplah kepala anak yatim dan beri makanlah orang-orang miskin.” (HR Ahmad)

Itulah beberapa dalil menyantuni kaum dhuafa. Selain dampak keutamaannya akan terasa saat masih hidup di dunia, hingga ke akhirat pun tetap akan mendatangkan kebaikan. Sudah selayaknya kebiasaan berbagi dilakukan oleh orang beriman, baik pada kaum dhuafa dan yang membutuhkan.

Cara Mudah Menyantuni Kaum Dhuafa

Akan lebih tepat jika berbagi kepada kaum dhuafa dengan mengetahui keadaan mereka secara langsung. Dengan demikian, apa yang diberikan akan lebih memberikan manfaat.

Namun di kehidupan modern saat ini, mencari seseorang yang masuk dalam kategori kaum dhuafa tidaklah mudah. Selain perlu kejelian, juga harus berhati-hati utamanya pada oknum yang memanfaatkan kebaikan orang.

Cara mudah menyantuni kaum dhuafa, Sumber: pexels.com
Cara mudah menyantuni kaum dhuafa, Sumber: pexels.com

Untuk menyantuni kaum dhuafa, cara sederhana dan terbilang praktis adalah dengan mempercayakan kepada orang yang berkecimpung di dalamnya. Yaitu orang-orang yang menangani masalah sosial dan yang terkait dengannya.

Bisa mulai dari yang terdekat dari jangkauan seperti masjid atau aparat desa terkait maupun lembaga. Dari banyaknya keberadaan mereka, Anda bisa memilih dari yang terkenal amanah dan tidak main-main.

Berbagi Untuk Kaum Dhuafa Bersama Baitul Maal Hidayatullah

Salah satu yang bisa dijadikan sarana untuk menyantuni kaum dhuafa yakni Baitul Maal Hidayatullah. Selain memiliki pengalaman, dalam melakukan kegiatan santunan telah melakukan tahapan survey agar titipan donatur lebih tepat pada sasaran.

Saat ini untuk berbagi kepada mereka pun semakin mudah. Kami telah menyiapkan layanan sedekah online yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Dengan demikian, Anda bisa bersedekah kapan saja dan tidak akan mengganggu kesibukan Anda.

Semoga yang telah dititipkan oleh para donatur bermanfaat kepada para penerima. Selain itu memberikan keberkahan hidup dan amal jariyah bagi donatur yang telah peduli kepada sesama.

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.