Des_MULIA_KONSEP-DIRI_1-1.jpg

Menjadi Pribadi Muslim yang Terbaik

Bekerja dan berkaryalah yang terbaik, adapun keberhasilan atau pencapaian, itu hanya ketentuan Allah SWT

 By: Khairul Hibri

Seorang publik figur Indonesia pernah berkata; “Kalau bisa menjadi yang terbaik, mengapa sudah puas dengan nilai ‘baik’?” 

Sosok publik figur satu ini memang dikenal sebagai  profesional. Ia terus terobsesi untuk menjadi yang terbaik. 

Buktinya, meski sudah tenar di Indonesia, ia terpacu untuk mendunia. Dan berhasil, sesuai dengan bidang yang ditekuni, yakni musik. 

Perihal menjadi pribadi terbaik, sejatinya menjadi tuntunan Islam kepada pemeluknya. Artinya setiap orang beriman, haruslah tampil sebagai orang yang terbaik. 

Bukti akan hal itu, banyaknya dalil baik dari Al-Quran ataupun as-Sunnah, yang menggunakan diksi ‘khairu’ atau ‘ahsanu’ yang artinya sebaik-baik atau (yang) terbaik. Sebagai contoh dalam Surat Al-Mulk ayat 2.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik/terbaik (ahsanu) amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 

“Sebaik-baik manusia (khairun naasi) adalah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. Dan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.” (HR. Tirmidzi).

Dari dua dalil tersebut (dan dalil yang lainnya), menuntun orang beriman untuk menjadi nomor satu. Artinya, ia harus memiliki visi hidup yang ideal, tidak setengah-setengah, apalagi tidak memiliki sama sekali. 

Terus, hendak kemana tujuan hidup? 

Dengan adanya idealisme itu akan memacu seseorang untuk lebih semangat hidup, penuh gairah dan keoptimisan. Jiwa inilah yang melekat pada orang-orang terdahulu. 

Sehingga, mereka tidak pernah rendah diri dengan keimanannya. Bahkan, cukuplah iman itu di dada, maka sudah dengan percaya diri mereka menjadi pribadi yang terbaik.  

Sejarah mencatat, bagaimana kaum muslimin tidak pernah gentar melawan Persia maupun Romawi. Padahal, mereka inilah kiblat peradaban saat itu, ribuan tahun lamanya. 

Mereka dikenal memiliki kekuatannya besar, persenjataannya canggih. Tapi, kembali dengan bekal iman di dada, yang menuntun pribadi menjadi yang terbaik, semua keunggulan duniawi itu merasa kecil sebab hanya Allah saja yang besar. 

Terkait dengan hal ini Umar bin Khattab pernah bertutur;   “Dulunya kita adalah kaum yang paling hina, kemudian Allah memuliakan kita dengan agama Islam.” 

Jiwa seperti inilah yang harus kita miliki, di manapun kita berkiprah. Dengan demikian, prestasi akan terus menanjak. 

Orang-orang di sekitar kita akan merasa senang dan beruntung bekerja sama. Bersamaan dengan itu, ketahanan hidup akan terus menaungi. 

Ketika menjadi guru, jadilah guru terbaik. Teruslah belajar dan berinovasi. Ketika menjadi penulis/wartawan, jadilah yang terbaik dalam penyajian naskah dan berita. 

Bahkan ketika menjadi OB, jadilah OB yang terbaik. Ulet dalam bekerja, jujur, bukan mustahil, karir akan terus naik.

Beberapa waktu lalu viral di media sosial seorang OB dengan penuh kesadaran mengembalikan tas seseorang, yang ternyata di dalamnya ada uang berjumlah milyaran. 

Karena kejujuranya, tas itu dilaporkan ke atasan untuk diamankan. Buahnya, atasannya memberi hadiah dan mengangkat jabatannya. 

Yang pasti, tidak ada catatan buruk yang dihasilkan oleh mereka yang mencoba berkomitmen dalam menjalankan prinsip-prinsip dalam Islam. Termasuk perihal yang tengah dibahas ini. 

Hal minimal yang akan dirasakan, ketenangan hati karena telah berusaha secara maksimal. Dan itu tugas utama manusia. 

Adapun keberhasilan atau pencapaian, itu Allah yang memiliki hak mutlak. Karenanya, jangan pula lupa untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya, dan memohon jalan kemudahan.  

Lebih dari itu, keindahan Islam akan semakin terbaca. Bukan karena orang-orang mengaji. 

Tapi karena melihat kepribadian kita yang selalu memberikan yang terbaik. Baik dari segi kualitas maupun kuantitas.* 

 

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.