031258900_1692071374-30238504_element_hut_ri_77

Menggapai Kemerdekaan Jiwa

Dengan jiwa yang bersih dan merdeka, menjadi sumber positivitas dan kekuatan orang lain

Oleh: Supendi (Dirut Laznas BMH)

Dalam meraih kemerdekaan yang hakiki, setiap manusia memiliki perjuangan yang tak terlihat.

Perjuangan itu adalah melawan tawanan-tawanan yang menjajah jiwa, seperti hawa nafsu, iri, dengki, dan prasangka buruk.

Jiwa yang merdeka adalah keadaan dimana kita terbebas dari jajahan-jajahan ini, memungkinkan kita untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia.

Islam, dengan segala ajarannya, memberikan peta jalan menuju kemerdekaan jiwa tersebut.

Konsep ini bukanlah semata-mata kemerdekaan dari penjajahan fisik, melainkan juga pembebasan diri dari belenggu yang lebih halus namun sama kuatnya dalam menahan kita pada tempat yang tak kita inginkan.

Cinta dunia berlebihan, misalnya, dapat membuat seseorang terjerat dalam siklus tak berujung dari keinginan yang tidak pernah terpenuhi, mengaburkan esensi dari apa yang sebenarnya penting dalam hidup.

Iri hati dan dengki adalah dua hambatan lain yang sering menghalangi jiwa mencapai kebebasannya.

Kedua emosi ini muncul dari perbandingan dengan orang lain dan ketidakpuasan atas apa yang dimiliki.

Dalam konteks ini, Islam mengajarkan untuk selalu melihat kepada mereka yang lebih kurang beruntung dalam materi, namun lebih kaya dalam keimanan dan kepuasan hidup, sebagai sarana untuk mengurangi perasaan iri dan dengki.

Prasangka buruk juga seringkali menjadi penghalang dalam interaksi sosial yang sehat.

Memandang orang lain dengan sudut pandang negatif tanpa bukti yang jelas hanya akan menimbulkan kebencian dan konflik yang tidak perlu.

Islam mengajarkan kita untuk berbaik sangka, karena kebaikan hati dan kepercayaan adalah fondasi dari masyarakat yang harmonis.

Proses mensucikan jiwa ini tidaklah sekali jadi. Ia adalah perjalanan seumur hidup yang memerlukan introspeksi yang mendalam dan komitmen untuk terus memperbaiki diri.

Melalui ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, seorang Muslim diajak untuk selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, yang pada gilirannya membantu membersihkan jiwa dari noda-noda kebencian dan ketamakan.

Selain itu, mempelajari Al-Qur’an dan hadis juga memberikan panduan bagi umat Islam untuk mengenali ciri-ciri jiwa yang merdeka.

Melalui kisah dan nasihat yang terkandung di dalamnya, kita diajak untuk mengenali tipu daya dunia dan bagaimana cara mengatasi berbagai pengaruh buruk yang mungkin datang dari dalam diri kita sendiri.

Mencapai kemerdekaan jiwa bukan hanya mengubah cara kita melihat diri sendiri, tetapi juga bagaimana kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Dengan jiwa yang bersih dan merdeka, kita dapat menjadi sumber positivitas dan kekuatan bagi orang lain, menyebarkan kebahagiaan yang kita raih dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.

Kemerdekaan jiwa adalah dambaan setiap manusia yang ingin hidup dengan damai dan penuh makna.

Melalui proses penyucian diri yang terus menerus, Islam mengajarkan kita untuk mencapai kebebasan sejati yang memungkinkan kita untuk hidup sepenuhnya, merdeka dari segala belenggu yang menghalangi kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.*

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.