silhouette-woman-reading-quran.jpg

Mendidik dengan Kisah Al-Quran

Kisah dalam Al-Quran bisa jadi salah satu metode menyenangkan memupuk iman dan kesadaran berislam bagi setiap peserta didik

Di antara sarana pendidikan (wasilah tarbiyah) adalah kisah-kisah dalam al-Quran yang sarat dengan nasihat dan pesan. Baik pesan bersifat tersirat maupun tersurat.

Kisah dalam Al-Quran menjadi salah satu metode yang sangat menyentuh dan menyenangkan untuk memupuk tumbuhnya iman dan kesadaran berislam yang mendalam bagi setiap peserta didik.

Beberapa jenis kisah bisa dibuktikan hingga saat ini, seperti kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Isma’il AS di Makkah, termasuk kisah Fir’aun yang zalim di Mesir. Secara eksplisit Allah Ta’ala menyatakan:

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.” (QS. Al-Kahfi [18]: 13).

Kisah-kisah Al-Quran mengandung hikmah dan pelajaran yang bermanfaat bagi orang-orang yang berakal dan dapat  memberikan pengaruh besar bagi pembinaan dan perbaikan diri, keluarga dan masyarakat.

Di ayat lain dinyatakan bahwa kisah dalam al-Qur’an merupakan kisah terbaik yang berdasarkan ilmu dan fakta. ‘‘Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu.’’ (QS. Yusuf [12]: 3).

Kisah-kisah umat terdahulu dihadirkan sebagai pelajaran bagi kaum muslimin sepanjang masa untuk menjadi bekal dan pegangan bagi mereka.

Para pembawa risalah tauhid dari kalangan rasul, nabi dan da’i telah mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu demi mensucikan jiwa dan meneguhkan hati mereka, sekaligus menjadi motivasi dan hiburan bagi orang-orang beriman.

Secara umum ada beberapa hikmah bersifat pendidikan (tarbawiyah) dari kisah-kisah yang diceritakan di dalam al-Quran, antara lain sebagai berikut;

Pertama; pendidikan spritual (tarbiyah ruhiyah)

Yaitu menguatkan jiwa dan hati dengan keimanan serta meningkatkan kualitasnya. Melalui kisah-kisah umat terdahulu dalam memperjuangkan misi tauhid, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan tentang pengorbanan, penderitaan, ujian dan cobaan yang dihadapi pejuang kebenaran dan orang beriman serta pertolongan Allah kepada mereka.

Kedua; pendidikan intelektual (tarbiyah fikriyah)

Yaitu mencerahkan dan mencerdaskan akal pikiran, memperluas wawasan dan cakrawala berpikir melalui kisah-kisah umat terdahulu.

Dengan mengikuti alur cerita dan kisah al-Qur’an tersebut, peserta didik dapat mengambil ‘ibrah (pelajaran), mu’izhah (nasihat), serta hikmah yang dapat memancing inspirasi untuk melahirkan ide, gagasan baru, baik berupa metodologi, strategi, hingga inovasi dan kreativitas dalam menjawab tantangan zaman.

Ketiga; pendidikan moral (tarbiyah khuluqiyah)

Yaitu mendidik, melatih dan membentuk akhlak terpuji agar menjadi karakter dan sifat dasar yang tertanam kuat dalam diri setiap mukmin.

Kisah-kisah para nabi terdahulu dan pengikutnya memberikan keteladanan dalam akhlak, sikap dan perilaku bagi generasi Islam masa kini.

Keempat; pendidikan aspek metodologi (tarbiyah manhajiyah)

Yaitu bentuk pendidikan berdasarkan konsep dan metodologi yang tepat untuk melahirkan peserta didik, baik yang berkualitas secara spiritual, intelektual, dan kesehatan fisik.

Kisah dialog Nabi Ibrahim AS dengan Ismail  perihal perintah Allah untuk menyembelih putranya itu mengandung sebuah hikmah besar bahwa pada tahap tertentu pendidikan yang tepat bagi peserta didik adalah menggunakan metodologi dialog.

Metode pendidikan dengan mengangkat kisah dalam al Quran sejatinya tidak saja relevan bagi pendidikan semua umur, dari anak-anak usia PAUD, TK dan SD, tetapi juga bagi remaja dan orang dewasa. Wallahu a’lam.*

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.