images_2020_10_22_abdul-hadix840.png

Menanamkan Keimanan

Para Muslimah harus belajar keteguhan dan iman para perempuan di Palestina yang kita saksikan sampai hari ini

Oleh: Sarah Zakiyah

Dimulai dari 7 Oktober 2023, gegap gempita perang Palestina untuk terlepas dari penjajahan Israel memenuhi seluruh berita nasional dan internasional.

Penjajah Israel menghujani Gaza dengan berton-ton bom untuk melampiaskan kemarahannya terhadap tentara militer Hamas yang telah menyebabkan terbunuhnya 1.200 tentara Israel pada serangan tak terduga di 7 Oktober lalu.

Kemarahan yang membabi buta menargetkan penduduk sipil, wanita, dan anak-anak yang lemah dan tidak bersenjata, kemarahan yang disebut oleh Al-Quran sebagai kemarahan orang-orang yang melampaui batas.

Di balik kehancuran Gaza khususnya, dan Palestina umumnya, kita menyaksikan ketegaran warga Palestina dan kekuatan iman mereka dalam menerima musibah berat dunia.

Mereka yang kehilangan suami/ istri/ anak, hancurnya tempat tinggal, penyiksaan dalam penjara, tekanan, dan kesempitan dunia lainnya, diterima dalam satu waktu oleh mereka. Penderitaan yang tidak mungkin sanggup diterima dan ditanggung oleh orang selain mereka.

Keadaan yang dialami saudara-saudara seiman di Gaza adalah bukti nyata dari kekejaman kebatilan sebagaimana yang pernah diterima oleh ashhabul ukhdud, orang-orang yang dibakar hidup-hidup oleh seorang raja kejam, penguasa Najran, hanya karena mereka beriman kepada keesaan Allah Swt.

Kisah Ashhabul Ukhdud diceritakan kembali oleh Rasulullah ﷺ kepada para sahabat walaupun kisah tersebut telah berlalu puluhan tahun.

Diceritakan kembali untuk menguatkan perjuangan para sahabat beliau dalam meninggikan kalimat tauhid dan memperjuangkannya yang tidak pernah sepi dengan kekejaman kuffar Quraisy.

Diharapkannya pula, umat beliau dapat mencontoh kesabaran orang-orang beriman dari masa lalu ketika menghadapi gangguan penguasa musyrik ataupun kafir, semisal kafir Quraisy di Makkah.

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebutkan, di antara mereka terdapat seorang ibu yang menggendong bayinya.

Perempuan ini sempat takut ketika diperintahkan si raja yang kafir untuk masuk ke dalam kobaran api. Namun, anaknya yang masih dalam buaian—atas izin Allah Swt—berkata kepadanya, “Duhai Ibu, bersabarlah, karena engkau sesungguhnya berada di atas kebenaran.”

Apa yang tampak di depan mata kita sejak 7 Oktober lalu, berupa pembantaian perempuan dan anak-anak yang lemah dan tidak bersenjata, bukanlah sekadar pembantaian, itu adalah bukti nyata bahwa kekufuran dan kebatilan adalah satu millah yang akan selalu berkolaborasi untuk menghancurkan kebenaran.

Namun, Muslimah harus yakin bahwa kebenaran tidak akan pernah mati selagi ideologi tauhid yang diperjuangkan tertanam dalam dada, sebagaimana keyakinan seorang ibu dalam kisah ashhabul ukhdud, dan juga sebagaimana ketegaran iman para perempuan di Palestina yang kita saksikan sampai hari ini melalui layar sosial media kita.

Ketegaran iman yang ditanamkan melalui kisah sebagaimana metode yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ kepada generasi sahabat, selayaknya Muslimah tiru dan gunakan untuk menghunjamkan iman di dada anak-anak biologis maupun anak-anak ideologisnya.

Pengajaran tentang ketegaran iman bukanlah suatu yang mudah untuk ditanamkan pada generasi tiktokers atau generasi strawberry saat ini. Tugas mulia ini berada pada pundak Muslimah sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Waffaqanallahu bimaa yuhibbu wa yardha.*

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.