Khasanah-Masjid-Pusat-Saiogon1.jpg

Kokoh Berdiri Satu Abad di Tengah Mayoritas Budha

Tegak berdiri lebih satu abad berdampingan dengan kuil Budha 

Empat menara dengan canggung menunjuk ke arah langit yang berkabut, menolak dominasi tetangganya yang menjulang tinggi. Ia berdiri memesona dalam caranya di antara hotel-hotel mewah dan restoran-restoran mahal.

Eksterior bangunan berwarna biru dan putih menciptakan rasa tenang dan tenteram, jauh dari deru mesin sepeda motor dan hiruk pikuk sekitar kawasan Dong Khoi. Inilah The Central Mosque (Masjid Pusat Saigon).

Masjid yang memiliki dinding keramik dan air mancur di halamannya, memberikan pemandangan indah serta fasilitas wudhu bagi jamaah. Dibangun oleh pedagang Muslim India pada tahun 1935, Masjid Pusat Saigon adalah masjid tertua dan paling menakjubkan di Kota Ho Chi Minh.

Salah satu fitur yang paling menonjol dari masjid ini adalah letaknya di jalan yang sama dengan kuil Budha dan China.

Bangunan berwarna putih, dengan menaranya yang mirip pagoda, pada hari Jumat dikelilingi oleh rombongan BMW dan Mercedes berwarna hitam, berfungsi sebagai tempat shalat berjamaah bagi diplomat dan duta besar Muslim untuk negara tersebut.

Secara historis, jumlah umat Islam di wilayah utara Vietnam selalu lebih sedikit, sesuatu yang tidak berubah hingga saat ini. Namun di ibu kota, Hanoi, sebuah masjid berusia satu abad, masih berdiri kokoh.

Muslim Vietnam

Islam di Vietnam merupakan agama utama untuk masyarakat Cham, kelompok etnis minoritas yang berkaitan dengan Melayu. Namun, kira-kira sepertiga dari umat Islam di Vietnam adalah dari kelompok etnis lain.

Ada juga masyarakat yang menggambarkan diri mereka sendiri dari campuran etnis (Cham, Khmer, Melayu, Minang, Vietnam, China, dan Arab), penduduk Islam juga dikenal sebagai Cham, atau Muslim Cham, di sekitar wilayah Châu Đốc di barat daya. Jumlah Muslim hanya 2 persen, mayoritas Budha (80 persen) dari 98 juta jiwa.

Para sejarawan percaya Islam pertama kali mencapai pantai Vietnam sebelum abad kesebelas, karena ditemukannya prasasti Kufi di batu nisan yang berasal dari tahun 1035.

Ada dugaan bahwa Khalifah ketiga Utsman bin Affan mengirim utusan resmi ke Vietnam dan Tiongkok pada tahun 650, pada tahun 650. Dinasti Tang (walaupun hal ini tidak pasti), dan kemudian, kapal dagang Arab singgah di sini dalam perjalanan ke Tiongkok.

Keturunan Muslim Vietnam paling awal sebagian besar berasal dari kelompok etnis Cham. Pada saat Prancis menjajah Vietnam di abad ke-19, kota-kota besar Hanoi dan Kota Ho Chi Minh (saat itu Saigon) dikenal memiliki komunitas migran keturunan Melayu, Indonesia, India, Afrika Utara, dan Yaman yang berkembang dan beragam.

Namun, iklim politik baru, yang diciptakan oleh pergantian rezim di bagian utara negara tersebut, dan konflik yang terjadi di bagian selatan, menyebabkan hilangnya mereka.

Jumlah Muslim Sunni di wilayah selatan negara ini berjumlah sekitar 20.000 orang, dengan mayoritas menganut Mazhab Syafi’i.  Jumlah umat Islam kurang dari satu persen dari populasi negara tersebut

dan sebagian besar dari mereka berasal dari kelompok etnis Cham dan menganut agama Islam yang bersifat lokal.

Negara tetangganya, Kamboja ini adalah rumah bagi populasi Cham yang lebih besar, dan di antara mereka, persentase Muslim Sunni yang lebih tinggi. Ketika negara Sosialis Vietnam yang baru didirikan pada tahun 1975, banyak Muslim Cham Vietnam bermigrasi ke negara-negara seperti Malaysia dan Yaman, karena takut akan penganiayaan agama.

Selama periode Khmer Merah (1975-1979) penduduk Cham menghadapi diskriminasi kekerasan yang tidak proporsional karena keyakinan mereka; diperkirakan 500.000 etnis Cham dibunuh oleh pasukan pemerintah dan lebih dari 130 masjid dihancurkan.

Saat ini situasinya sudah jauh lebih baik; banyak masjid telah dibangun kembali dengan dana dari negara-negara Muslim, dan Muslim Cham secara resmi memiliki hak untuk menjalankan agama mereka tanpa takut akan penganiayaan.*

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.