Musim Kemarau Tiba, Waspada Bencana Kekeringan di Indonesia!

Musim Kemarau Tiba, Waspada Bencana Kekeringan di Indonesia!

Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan sumber daya air yang melimpah, karena menyimpan 6% potensi air di dunia. Tetapi tahukah Anda bahwa pada tahun 2019 pemerintah sempat memprediksi  kekeringan di Indonesia yang akan dialami hampir 28 provinsi ketika musim kemarau tiba.

Berdasarkan riset dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan hasil perkiraan curah hujan di musim kemarau mulai bulan Agustus 2019, 64,94 persen wilayah indonesia akan mengalami curah hujan yang masuk pada kategori rendah yakni di bawah 100 mm/bulan.

Pada musim kemarau tahun 2019, BMKG menyatakan akan terjadi kekeringan panjang akibat beberapa faktor diantaranya fenomena El Nino, kuatnya Muson Australia, dan anomali peningkatan suhu udara akibat perubahan iklim.

Bahkan diprediksi ketersediaan air untuk setiap penduduk di Jawa akan terus menurun hingga 476 meter kubik per tahun pada 2040, dimana awalnya setiap orang memiliki ketersediaan air sebanyak 1.169 meter kubik air per tahun.

Dari angka tersebut dapat menjelaskan bahwa terjadinya kelangkaan air atau kekeringan di Indonesia secara total.

Peristiwa Kemarau Panjang Dunia

Kemarau yang mengancam kekeringan ini ternyata tidak hanya di Indonesia tapi dunia juga mengalaminya. Hal ini ditunjukkan pada riset yang dirilis di Eropa menyatakan bahwa bulan Juli atau pertengahan tahun 2015 adalah bulan dengan suhu rata-rata terpanas sejak seabad terakhir.

Musim Kemarau Tiba, Waspada Bencana Kekeringan di Indonesia!
Ilustrasi kekurangan air bersih. Sumber : Istockphoto.com

Di India contohnya, menurut riset World Resources Institute  (WRI) menyatakan bencana suhu panas tinggi akibat musim kemarau panjang di India pada tahun 2015 telah membunuh lebih dari 2.000 jiwa hanya dalam waktu sebulan.

Suhu di salah satu kota terpadat mereka yakni Mumbai bahkan mencapai suhu 50 derajat Celcius. Peristiwa ini mengakibatkan krisis air atau kekeringan terparah di muka bumi terutama India.

Tak hanya India ternyata, terdapat Afrika Timur yang dilanda kekeringan mulai dari Juli 2011 hingga pertengahan tahun 2012. 

Sementara itu, ada juga Republik Rakyat Cina (RRC) yang mengalami kekeringan terparah pada tahun 2010 hingga 2011. Bencana ini mengakibatkan jutaan hektar ladang gandum gagal panen dan ribuan rumah penduduk harus direlokasi.

Dan masih banyak lagi sejarah kekeringan di belahan dunia lainnya.

Perubahan Iklim Global yang berakibat Kekeringan

Ancaman kekeringan dan kelangkaan air bersih bagi umat manusia merupakan akibat dari perubahan iklim yang sudah menjadi ancaman dari tahun ke tahun.

Bahkan sekitar 2,7 milyar orang atau sekitar sepertiga populasi dunia akan menghadapi kekurangan air dalam tingkat yang parah di tahun 2025 jika iklim terus berubah.

Pada tahun 2050 pula diperkirakan dua pertiga penduduk bumi akan mengalami kekurangan air.

Kondisi Kekeringan pada Tahun 2019

Pada tahun 2019, di Indonesia diperkirakan terjadi puncak musim kemarau pada bulan Juli hingga September, dengan komposisi puncak musim kemarau di 44 Zona Musim (ZOM) terjadi pada bulan Juli, 233 ZOM di bulan Agustus, dan 51 ZOM di bulan September.

Maksud dari Zona Musim atau ZOM disini adalah penyebutan untuk daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan.

Dari kajian studi latar belakang RPJM Bidang Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Bappenas 2018, menyatakan ketersediaan air di Pulau Jawa hanya mencapai 100 juta meter kubik. Sedangkan kebutuhan yang diperlukan sebesar 120 juta meter kubik.

Musim Kemarau Tiba, Waspada Bencana Kekeringan di Indonesia!
Ilustrasi kekeringan. Sumber : Istockphoto.com

Dengan angka-angka tersebut sebagian besar wilayah Pulau Jawa dinyatakan berada pada zona kuning atau kritis pada tahun 2020.

Tak hanya itu, Pulau Jawa diperkirakan akan mengalami defisit air sepanjang tahun (12 bulan) di tahun 2025.

Lalu bagaimana rincian per daerahnya? Berikut 10 daerah yang mengalami kekeringan panjang selama tahun 2019

  1. Sumba timur, Nusa Tenggara TImur (259 hari tidak hujan)
  2. Bima, Nusa Tenggara Barat (214 hari tidak hujan)
  3. Belu, Nusa Tenggara Timur (227 hari tidak hujan)
  4. Buleleng, Bali (236 hari tidak hujan)
  5. Karangasem, Bali (214 hari tidak hujan)
  6. Sampang, Jawa Timur (229 hari tidak hujan)
  7. Indramayu, Jawa Barat (227 hari tidak hujan)
  8. Banyuwangi, Jawa Timur (215 hari tidak hujan)
  9. Nganjuk, Jawa Timur (215 hari tidak hujan)
  10. Pasuruan, Jawa Timur (215 hari tidak hujan)

1. Penyebab Kekeringan di Indonesia

Selain perubahan iklim global yang menyebabkan kekeringan di Indonesia, adakah penyebab lain yang memicu adanya bencana kekeringan ini? Jawabannya ada. Apa saja? Berikut beberapa penyebab terjadinya kekeringan di Indonesia:

  1. Letak Geografis

Perubahan iklim yang sudah disebutkan sebagai ancaman dari tahun ke tahun ini ternyata sangat dirasakan Indonesia secara ekstrem. 

Musim Kemarau Tiba, Waspada Bencana Kekeringan di Indonesia!
Ilustrasi geografis Indonesia yang sebabkan kekeringan. Sumber : Istockphoto.com

Hal ini dikarenakan Indonesia secara geografis diapit 2 benua dan 2 samudera serta terletak di daerah “monsoon” yang merupakan fenomena alam disebabkan perubahan tekanan udara di daratan.

Perubahan ini menyebabkan “jet steam effect” dari lautan yang menghempas daratan dengan hawa panas. Dengan demikian, hal tersebut membuat banyak daerah yang awalnya memiliki kandungan air menjadi kering.

  1. Minim Daerah Resapan

Banyaknya pengalihan fungsi lahan terbuka hijau menjadi bangunan tempat tinggal mempengaruhi kondisi dari cadangan air di tanah.

Maka, ketika tanah yang seharusnya mampu menyerap air hujan kini tertutup oleh beton sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah. 

Dengan minimnya serapan air berarti cadangan air dalam tanah sangat sedikit maka akan memicu kepada kekeringan.

  1. Kerusakan Hidrologis

Kurangnya cadangan air tidak hanya karena pengalihan fungsi lahan melainkan juga karena kerusakan fungsi wilayah hulu sungai. Dimana waduk dan pada bagian saluran irigasinya terisi sedimen dalam jumlah yang besar.

Akibatnya, kapasitas dan daya tampung air akan berkurang. Sehingga hal ini akan memicu timbulnya kekeringan saat musim kemarau tiba.

2. Kemiskinan dan Gizi Buruk, Dampak Kekeringan di Indonesia

Akibat kemarau panjang yang menjadi bencana kekeringan tentunya berdampak pada sektor pertanian, dimana sektor pertanian merupakan mata pencaharian masyarakat Indonesia. 

Musim Kemarau Tiba, Waspada Bencana Kekeringan di Indonesia!
Ilustrasi kekeringan. Sumber : Istockphoto.com

Dengan demikian, banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian sekaligus gizi yang memburuk. 

Terlebih menurut World Food Programme (WFP) menyatakan bahwa gizi buruk dan kemiskinan memiliki hubungan dengan stunting. Stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama.

Hal ini membuat Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk bukan karena sektor pertanian yang menurun tetapi juga karena terdapat 30,8% balita di Indonesia menderita stunting yang seharusnya batas toleransi stunting maksimal 20% dari jumlah keseluruhan balita.

Dari berbagai ulasan di atas dapat dilihat sebagaimana kekeringan sangat berpengaruh pada keberlangsungan hidup manusia. Sebuah bencana yang mengancam seluruh kehidupan dan aktivitas.

Sudah banyak daerah di Indonesia yang terdampak langsung dari adanya kekeringan ini. Maka mari kita lakukan usaha penanggulangan bencana terutama bencana kekeringan dengan mengikuti program sosial kemanusiaan yang diselenggarakan BMH. Berbagi pada sesama kini lebih mudah dengan sedekah online.

Terima kasih sudah membaca hingga akhir.

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.