Des_MULIA_DUNIA-ISLAM-_-Anti-Islam-German-2.jpg

Jerman: Islamofobia Menemukan Tempatnya setelah Serangan Zionis

Dalam laporan “Islamophobia — A German Balance Sheet” menunjukkan, satu dari dua orang di Jerman setuju dengan pernyataan anti-Muslim  

Puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di seluruh dunia untuk mendukung rakyat Palestina.  Kelompok-kelompok mendukung Palestina muncul sejak para pejuang pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsha menyerbu kawasan yang dijajah ‘Israel’ pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu.

Sayangnya, kelompok pro-Palestina dibatasi, ratusan ditangkap bahkan dianiaya. Sehari Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas menyerbu ‘Israel’, sebuah bendera Palestina dilukis di sebuah monumen dekat Sonnenallee, yang umumnya dikenal sebagai jalan Arab di Berlin. 

Esoknya, aparat mengecat bendera tersebut dengan bendera Israel. Samidoun, dari Jaringan Solidaritas Tahanan Palestina, dilarang tidak lama setelah kelompok tersebut mengunggah foto online orang-orang yang merayakan serangan pejuang Palestina.

Tidak hanya aksi demo, bendera Palestina, pidato pro-Palestina, hiasan kepala keffiyeh Palestina telah dilarang.  Polisi juga bersikap keras terhadap pengunjuk rasa pro-Palestina di kota-kota besar Jerman seperti Frankfurt, Munich dan Berlin, yang notabene rumah salah satu komunitas diaspora Palestina terbesar di Eropa, diperkirakan ada 300.000 jiwa.   

Diskriminasi hingga kekerasan

Sejak tahun 2017,  tercatat 700 hingga 1.000 kasus penghinaan, penghasutan dan ancaman, pengrusakan properti, dan kekerasan fisik yang membahayakan dalam setiap tahunnya.

Wanita Muslim pengguna jilbab melaporkan sering menjadi sasaran permusuhan publik. Sebuah studi ini yang dilakukan untuk mengamati partai politik di Jerman juga terjadi hal sama. 

Di Bundestag, partai populis sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) memiliki “program yang jelas-jelas anti-Muslim.” Blok oposisi terbesar – blok kanan-tengah dari Uni Demokratik Kristen (CDU) dan Uni Sosial Kristen Bavaria (CSU) – memiliki permusuhan laten terhadap umat Islam. 

Partai Sosial Demokrat (SPD) yang berhaluan kiri-tengah, Partai Hijau, dan Partai Demokrat Bebas (FDP) yang berhaluan neoliberal gagal memerangi rasisme institusional secara konsisten. Partai Kiri pasca-komunis merupakan pengecualian.

Menteri Dalam Negeri Federal Nancy Faeser (SPD) menggambarkan temuan laporan itu sebagai sesuatu yang “pahit.” Padahal menurut dia, di antara sekitar 5,5 juta orang yang beragama dan berbudaya Muslim, sebagian besar adalah warga negara Jerman.

Temuan yang diterbitkan Panel Pakar Independen tentang Permusuhan terhadap Muslim (UEM) dalam laporan “Islamophobia — A German Balance Sheet” menunjukkan, satu dari dua orang di Jerman setuju dengan pernyataan anti-Muslim.  

Sikap bermusuhan terhadap umat Islam tersebar luas di sebagian besar masyarakat Jerman. Manifestasinya merupakan realitas sehari-hari. 

Kementerian Dalam Negeri Jerman mengumumkan ada 258 kejahatan anti-Muslim dicatat oleh polisi pada paruh pertama tahun 2023. 

Lebih dari selusin masjid diserang antara Januari dan Juni, dan lusinan Muslim secara fisik diserang atau dilecehkan secara verbal di jalan atau di tempat -tempat umum. 

Islamofobia termasuk kejahatan rasial,  surat ancaman, serangan verbal dan fisik, vandalisme atau kerusakan properti. Wilayah kekerasan terjadi di banyak kota besar; di Jerman timur, di ibukota Berlin, Cologne, Frankfurt dan Munich.*

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.