Khasanah2- Sebuah papan penunjuk jalan menggunakan aksara Jawi di Malaysia

Jawi: Warisan Melayu Islam yang Terlupakan 

Malaysia telah menetapkan hari Jumat sebagai Hari Jawi. Di era kini, aksara yang diadaptasi dari Al-Quran ini mulai ditelan zaman 

Jika Anda berkunjung di beberapa negara bagian Malaysia mungkin akan melihat banyak papan iklan, reklame, penunjukkan jalan menggunakan tulisan mirip bahasa Arab. 

Jangan kaget, itu adalah tulisan aksara Jawi, yang tetap dilestarikan dan dianjurkan oleh Pemerintah Malaysia.  

Februari lalu, Pemerintah Negara Bagian Perlis meresmikan penggunaan tulisan Jawi pada semua tanda tempat usaha bahkan iklan di seluruh negara bagian. Kewajiban ini diperlakukan mulai 1 Februari 2024.

Ketua Komite Perumahan Negara Perlis, Pemerintah Daerah, Pengembangan SDM dan Pengentasan Kemiskinan, Asrul Aimran Abd Jalil mengatakan penegakan hukum ini juga akan melibatkan rambu-rambu jalan di kawasan perumahan dan lingkungan.

“Kewajiban ini menyangkut permohonan baru bagi setiap tempat usaha yang ingin meninggikan tanda tempat usaha barunya tanpa mengganggu tanda iklan yang sudah ada,” ujarnya.

“Jika ada pemilik usaha yang tanda tempat usahanya masih bagus tetapi tidak ada tulisan Jawi, maka ia tetap boleh menggunakannya, sebaliknya jika ada pemilik usaha ingin mengganti papan nama tempat usahanya yang rusak dengan yang baru, harus mencantumkan tulisan Jawi,” ujarnya kepada Utusan Melayu

Pemberlakuan ini merupakan upaya pemerintah memperkenalkan tulisan Jawi kepada seluruh masyarakat. Menurut Menteri Besar (Gubernur) Perlis, Mohd Shukri Ramli, menghidupkan tulisan Jawi agar Masyarakat lebih mengenal bentuk tulisan asli (bahasa Ibu) negerinya.

Sebelum ini, Kelantan, Kedah, Pahang dan Melaka telah memulai menggunakan aksara Jawi di setiap tanda jalan dan papan iklan.

Warisan Melayu Islam yang Berharga

Untuk diketahui, Malaysia telah menetapkan hari Jumat sebagai Hari Jawi. Keputusan ini diambil untuk menguatkan tradisi dan budaya yang telah membentuk negara itu.

Tulisan aksara Jawi akrab digunakan di lingkungan pendidikan Islam negara serumpun meliputi Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Brunei Darussalam.

Aksara Jawi (atau juga disebut Arab Melayu) adalah aksara Arab yang berkolaborasi dengan bahasa Melayu, memiliki 29 huruf seperti huruf hijaiyah dari “alif” sampai “ya” dan huruf tambahan dari bahasa Melayu “ca”, “nga”, “pa”, “ga”, “nya” memiliki tambahan titik sebagai tanda bunyi sesuai dengan bahasa Melayu. 

Sejak zaman kerajaan Pasai aksara Jawi sudah berkembang kemudian disebarkan ke kerajaan Melayu lainnya seperti Melaka, Aceh, Johor dan Lingga. Adanya tulisan Jawi dibuktikan dengan batu surat Terengganu bertarikh 720 H / 1303 M. 

Jawi adalah aksara bahasa melayu yang tertera dalam konstitusi Malaysia. Dalam Pasal 152 menyatakan bahwa bahasa Melayu adalah bahasa nasional (bahasa utama dan resmi).

Jawi yang dimaksud disini ditujukan kepada masyarakat Melayu yang beragama Islam, menganut cara hidup, budaya dan adat istiadat yang tidak menyimpang dari keyakinan agamanya yaitu Islam. 

Sejarah penulisan Jawi dimulai dari para saudagar yang berdagang di Malaya dan para pendakwah Arab yang singgah sekitar 1400 tahun yang lalu dan dalam perkembangannya diubah menjadi aksara Rumi (Latin) karena pengaruh penjajah Inggris.

Kecintaan bangsa Melayu terhadap agama Islam terlihat jelas ketika mengadaptasi huruf-huruf dalam Al-Quran dengan sistem tulisan mereka, dan berubah menjadi aksara Jawi, lalu  diadaptasi menjadi simbol, identitas bangsa Melayu saat itu di seluruh wilayah Melayu Nusantara. 

Namun di era digitalisasi ini, tulisan Jawi hampir terlupakan. * 

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.