073134300_1655994195-Kutu_Rambut

Hina Diri Jadi ‘Parasit’ 

Kejarlah mimpi-mimpi, tapi tetap lewatilah segala prosesnya 

Oleh: Khairul Hibri 

Kita semua tentu tahu parasit. Mikroorganisme yang hidup dan menggantungkan hidup dari organisme lain/inang. 

Parasit bisa ‘menumpang’ hidup ke berbagai makhluk, termasuk hewan itu sendiri.  Pada umumnya, parasit tidak membunuh inangnya. 

Namun ia tetap memberikan kerugian yang nyata inang. Pasalnya parasit menyebarkan patogen, yang mempengaruhi perilaku inang, metabolisme atau aktivitas reproduksinya. 

Cela Besar 

Dalam kehidupan sosial masyarakat, ada orang yang hidup bak parasit. Mereka yang senantiasa mendompleng kesuksesan orang lain demi keberlangsungan hidupnya. 

Atau bila kita gunakan istilah kekinian yang begitu familiar; yaitu pansos alias panjat sosial. 

Pesatnya pertumbuhan media sosial yang didominasi oleh kompetisi pamer gaya hidup atau berburu ketenaran membuat tidak sedikit netizen yang hidup bak parasit. 

Mereka menunggangi satu isu atau tokoh yang lagi viral untuk mendongrak viewers

Namanya juga ‘parasit.’ Ia maunya untung sendiri. 

Maka jangan heran jika kita dapati di dunia sosial/maya betapa kelompok ini menari di atas penderitaan orang lain. Ngerinya lagi, mereka tak peduli apa yang terjadi, yang penting kesenangan mereka tercukupi. 

Setidaknya ada beberapa hal yang melatarbelakangi perilaku parasit seperti ini.  Boleh jadi ia sedang mencari keuntungan/kesuksesan dengan jalur yang keliru, dengan tidak berbasis kepada kemandirian dan usaha yang kuat. 

Padahal kesuksesan yang ingin dicapai semua orang sangat berkaitan dengan proses. Ia terbagi menjadi dua; pragmatisme dan idealisme. 

Jalur yang pertama, acap memicu seseorang mengejar kesuksesan dengan potong kompas. Tak sabar menjalani proses. 

Maka, langkah apapun ditebas, yang penting keinginan segera terwujud. Salah satunya, dengan menerapkan pola hidup ‘parasit’ itu tadi. 

Yang kedua; idealisme. Bagian ini tidak hanya menitikberatkan pada target, tapi juga proses pencapaian. 

Jalan yang benar menjadi pijakan utamanya, tak peduli bila ternyata harus menempuh jalur nan panjang lagi berkelok. Tapi justru hal inilah, yang menjadi kesuksesan yang dicapai bertahan lama. 

Sebabnya, banyak ilmu dan pengalaman yang didapat selama proses pencarian. 

Maka kita dapati, jalur yang kedua inilah yang ditempuh oleh orang-orang besar terdahulu. Mereka memilih menolak segala jenis rayuan yang tidak dibenarkan, demi idealisme yang dipegang. 

Buya Hamka, misalnya. Lebih memilih untuk dipenjara, dan harus mengalami siksaan dan hinaan yang luar biasa, demi menjaga idealisme sebagai seorang muslim dan pejuang. 

Kedua; menyakiti orang lain. Perilaku ini sangat ditentang dalam Islam. 

Jangan sampai, kita mengorbankan orang lain (meski beda keyakinan), demi keuntungan pribadi/kelompok. Karena hal ini benar-benar sangat berat hukumannya. 

Bahkan Allah, dengan jelas melarang kita untuk berbuat zalim antar sesama. 

Jadi, pastikan diri jangan pernah berperilaku bak parasit, bila benar mengharapkan kesuksesan yang hakiki, baik itu di dunia dan di akhirat kelak. 

Kejarlah mimpi-mimpi, tapi lewati segala proses yang harus ditempuh. Insya Allah, keberhasilan akan dicapai. 

Man jadda wajada (Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil)”.*

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.