Fahrul, Ibad, Baim, dan Yana, empat anak mualaf dari Suku Baduy, kini bukan hanya sekadar bermimpi. Mereka tengah menapaki jalan menuju cita-cita, berbekal seragam sekolah baru yang diberikan oleh Laznas BMH.
Jauh dari kampung halaman di pedalaman Baduy, mereka memilih hijrah ke kota untuk mengejar pendidikan, sesuatu yang “pamali” atau dilarang dalam adat mereka. Kini, mereka tinggal di Rumah Qur’an Jannatul Firdaus Putra, binaan BMH, bersama santri yatim dan dhuafa lainnya.
“Senang sekarang sekolahnya sudah pakai seragam,” ungkap Yana dengan mata berbinar. Ustadz Gunawan, pimpinan rumah Qur’an, menambahkan, “Karena keterbatasan, kadang mereka sekolah hanya pakai sandal.”
Roni Hayani, dari BMH Perwakilan Banten, menjelaskan bahwa seragam ini adalah bagian dari Program Beasiswa Anak Asuh.
“Kami ingin mereka merasa setara dengan anak-anak lain, punya semangat belajar yang tinggi,” ujarnya.
Ustadz Gunawan pun tak lupa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para donatur BMH. “Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan pahala yang berlimpah,” doanya.
Seragam baru ini mungkin terlihat sederhana, tapi bagi Fahrul, Ibad, Baim, dan Yana, ini adalah simbol harapan. Mereka kini bisa berjalan tegap menuju sekolah, bukan lagi dengan sandal jepit, tapi dengan seragam yang melambangkan semangat belajar mereka.
Ini bukan sekadar berita tentang bantuan seragam, tapi tentang mimpi besar yang mulai tumbuh di hati anak-anak mualaf Baduy. Berkat dukungan BMH dan para donatur, mereka kini punya kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih cerah.*/Herim