wanita-muslimah-inspiratif.jpg

Belajar dari Tawakkal Bunda Hajar

Keajaiban tawakkal pada Allah Swt mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka pun terjadi 

Momen Idul Adha telah berlalu, tapi umat Islam selalu diingatkan tentang keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam,  figur keluarga yang dijadikan contoh langsung Allah Swt untuk manusia.

Selain pada ketakwaan istri pertama nabi Ibrahim bernama Sarah, kaum perempuan khususnya disuguhi keteladanan dari Ibunda Siti Hajar, perempuan tangguh teladan Muslim sedunia. 

Bunda Siti Hajar dihadirkan Allah Swt ketika mahligai rumah tangga Nabiullah Ibrahim dan Bunda Sarah selama puluhan tahun tanpa kehadiran keturunan. 

Berkat kelapangan hati Bunda Sarah, Nabi Ibrahim kemudian menikah lagi dengan Bunda Hajar hingga Allah berikan anugerah keturunan seorang pemuda hebat bernama Ismail.

Bagaimanapun luasnya hati seorang istri, kecemburuan pada istri lainnya tidaklah dapat dibendung. Itulah yang terjadi pada Sarah terhadap Hajar, sebagaimana dikisahkan Ibnu Hajar dalam Qishas Al-Anbiya

Akhirnya perintah menjauhkan Hajar dari pandangan Sarah diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Ibrahim. Perjalanan jauh dari Baitul Maqdis menuju suatu tempat yang diperintahkan, dijalani Nabi Ibrahim bersama Siti Hajar dan bayi Ismail. 

Sampailah mereka di suatu lembah yang disebut Bakkah (akhirnya menjadi Makkah), sebuah tanah tandus sebagaimana digambarkan Al-Qur’an, Surah Ibrahim: 37.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan shalat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan, agar mereka bersyukur.”

Meninggalkan istri dan putranya yang baru lahir di lembah yang tidak dialiri air dan tidak ada tetumbuhan, menjadikan Nabi Ibrahim bimbang meninggalkan mereka. 

Maka beliaupun menjauh setapak demi setapak dengan terus melantunkan do’a agar Allah Swt melimpahkan kepada mereka buah-buahan dan mengarahkan hati-hati manusia untuk meramaikan lembah tandus tersebut, tanpa sedikitpun menoleh kembali kepada Hajar. 

Pertanyaan-pertanyaan Hajar sama sekali tidak dijawab Nabi Ibrahim, khawatir istrinya bersuudzan kepada Allah Swt, sampai akhirnya Hajar mengajukan pertanyaan, “Apakah ini merupakan perintah Allah?” yang hanya dijawab olehnya dengan kata “ya.”

Dengan tanpa ragu Siti Hajar berucap; “Jika begitu, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” 

Sebuah pernyataan yang menggambarkan tawakkal yang luar biasa. 

Kala perbekalannya habis dan air susunya mulai mengering, kebingungan melanda Hajar. Tanpa putus asa, dia berlari antara dua bukit, Safa dan Marwa berharap ada manusia yang dapat dimintai tolong atau ada mata air yang memancar. 

Kebingungan luar biasa itu menjadikannya bolak-balik sebanyak 7 kali pada tempat yang sama, padahal dia telah mengetahui tidak ada satupun manusia dan tidak ada air yang dia dapatkan di antara Safa dan Marwa.

Keajaiban tawakkal, bahwa Allah Swt akan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka pun terjadi. Allah Swt pancarkan air dari hentakan kaki bayi Ismail, bukan dari jalan yang dilalui Hajar antara Safa dan Marwa. 

Bunda Hajar meneladankan sebaik-baik akhdzulasbab (mengambil sebab) atau berusaha maksimal dan menyerahkan hasil kepada Allah Swt semata tanpa sedikitpun bersuudzan kepada-Nya. 

Berkat ketawakkalan beliau inilah yang akhirnya kini diperingati saat setiap muslim yang umrah dan berhaji ke Baitullah.

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.