Allah Swt menyukai orang yang berbagi dan memberi dengan cara sembunyi, bukan dipamerkan di media sosial
Oleh: Khairul Hibri
Sebuah kesyukuran kita bisa dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Nuansa peningkatan spiritualitas terasa sekali.
Suasana masjid hidup, suara lantunkan ayat suci al-Qur’an bertalu-talu. Pengajian di berbagai masjid atau perkantoran menjamur.
Di masjid atau pinggir jalan, banyak orang berbagi menu buka puasa secara gratis. Bahkan, bagi kaum hartawan, bulan ini dijadikan momentum untuk menggelontorkan harta fii sabilillah.
Setiap orang yang memberi, sudah barang tentu memiliki harapan besar agar diterima Allah SWT, dan diganjar dengan pahala yang besar. Tidaklah berlebih, karena Allah menjanjikan banyak pahala di bulan spesial ini.
Bagi mereka yang berinfak, laksana menanam sebuah benih, lalu tumbuh darinya masing tujuh tangkai, dan dari masing tangkai terdapat seratus cabang lainnya. Allah berkuasa melipatgandakannya lebih dari itu.
Lalu, apa saja agar kebaikan (baca: berbagi) di bulan suci ini bisa abadi hingga ke akhirat nanti?
Pertama, Ikhlas
Pondasi dari setiap amal untuk diterima oleh Allah itu adalah ikhlas. Semata hanya ditujukan dan mengharap ridho Allah, bukan yang lain.
Ketika pondasi ini tidak tertancap dengan kokoh, ibarat bangunan, maka akan robohlah bangunan itu. oleh karenanya, pemurnian niat haruslah dijaga. Jangan sampai dikotori.
Kalau tidak, maka amal yang dilakukan itu layaknya debu yang tertempel di sebuah batu cadas nan lagi keras. Kemudian, batu itu terguyur hujan nan sangat deras, maka tidak ada yang tersisa.
Rasulullah ﷺ pernah menjelaskan kepada para sahabat, tentang tiga kelompok manusia yang Allah labeli sebagai pendusta di akhirat kelak. Salah satunya adalah; para hartawan yang mendermakan harta benda mereka, tapi atas niatan agar dipuji sebagai orang kaya nan darmawan. Atas dasar itu, ia kemudian dicampakkan ke dalam api neraka. Na’udzubillahi min dzalik.
Kedua, Menjaga Adab
Memberi haruslah tidak menyinggung perasaan si penerima. Apalagi kalau sampai terlontar atau gestur tubuh yang merendahkan.
Hal ini sangat tidak diperkenankan. Bila ini terjadi, terang bisa menggugurkan pahala.
Bahkan Allah menegaskan dalam al-Quran, bahwa bertutur kata baik itu lebih utama daripada berinfak diiringi dengan perkataan yang menyakiti si penerima.
Jadi, menjaga sopan santun adalah hal penting dalam Islam. Meski secara status sosial boleh jadi mereka nampak lebih rendah, tapi tetap saja tidak pantas untuk direndahkan.
Apalagi, menggunakan pemberian yang diserahkan. Hal ini tidak layak, dan mendapat larang yang keras dari Allah dan rasul-Nya.
Sudah mafhum, di tengah perkembangan teknologi –terutama sosial media seperti saat ini—makin banyak lahir pegiat media sosial dan para pembuat konten kreator.
Meski berniat syi’ar, jangan lantas melupakan satu amalan mendasar dalam Islam, bahwa memberi yang lebih baik itu secara sembunyi-sembunyi. Tidak dipublikasikan.
Tentu saja langkah ini akan lebih menjaga kehati-hatian, agar tidak tersusupi dorongan pamer dalam diri. Untuk si penerima, wibawanya pun terjaga.
Ia tidak terekspos secara vulgar sebagai penerima santunan. Jadi, mari bijak menggunakan media sosial ini dalam meliput konten bagi-bagi kebaikan yang kita lakukan.
Terakhir, Teruslah Berdoa
Hal ini agar Allah Swt menjaga keikhlasan kita dalam berbagi, serta menerima di sisiNya, membalas dengan ganjaran yang berlimpah ruah.
Semoga Allah Swt meringankan kita untuk berbagi, khususnya di bulan suci ini, dan Allah menerima segala kebaikan yang kita lakukan. Aamiin.