Des_MULIA_ADAB_1-1.jpg

Adab Adab Berperang dalam Islam

Tidak seperti Zionis-Israel, Islam memiliki kemuliaan karena adab dan akhlaknya, termasuk dalam berperang

By: Khairul Hibri 

Awal Oktober 2023 lalu, dunia Islam dikagetkan dengan keberhasilan pejuang Al-Qassam –pasukan bersenjata Gerakan Perlawanan Islam atau dikenal Hamas, partai politik yang berkuasa di Gaza– dalam menembus pertahanan penjajah ‘Israel.’  

Ternyata, kecanggihan teknologi penjajah Israel yang selama ini dipuja-puji, ternyata bisa dijebol oleh para pejuang kemerdekaan. 

Di pihak lain, sebagaimana telah menjadi rahasia umum, penjajah ‘Israel’ selalu menyerang/membalas serangan para mujahid dengan membabi buta. Tak pandang sasaran.   Entah penduduk sipil dan tempat-tempat umum seperti rumah sakit dan sekolahan hingga universitas mereka hancurkan. 

Apa yang dilakukan Israel bertolak belakang dengan yang dilakukan Al-Qassam, dimana video-video yang beredar mereka justru menghormati orang tua, wanita dan anak-anak, yang tidak ikut bagian dalam memerangi Palestina. 

Islam mengajarkan adab dan akhlak dari bangun tidur hingga dalam urusan perang. Berikut ini adalah beberapa uraian terkait dengan adab berperang dan berjihad dalam Islam. 

Pertama; Harus ikhlas untuk mencari ridha Allah. Tujuan utama jihad, untuk menyebarkan agama hanif ini ke muka bumi. Untuk menghilangkan kezaliman yang terjadi. 

Pernah bertanya seorang  sahabat kepada Nabi ﷺ tentang seseorang yang berijtihad karena landasan amarah/dendam dan seseorang yang berjihad atas landasan kedongkolan. Apakah keduanya masuk kategori jihad fii sabilillah

Terkait dengan pertanyaan itu, Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa mereka yang tercatat sebagai pejuang fisabilillah adalah mereka yang berjihad dengan niatan semata untuk memuliakan Allah.   

Kedua; dilarang membuat kerusakan. Kaum muslimin sangat dicegah untuk membuat kerusakan, semisal memotong-motong tanaman, merusak kebun, menghancurkan bangunan, dan sejenisnya. 

Terlebih lagi, bila itu menjadi hajat orang banyak (penduduk sipil), seperti air sumur/sungai dan tempat peribadatan. Tidak boleh dirusak. 

Ketiga; sasaran perang. Targetnya adalah para musuh yang terlibat dalam peperangan. Adapun anak-anak/orangtua/para rahib, selagi mereka tidak terlibat dalam peperangan, maka tidak boleh diganggu, apalagi sampai dibunuh. 

Keempat; berpegang pada ‘kesepakatan.’ Ketika terjadi pertempuran/peperangan, kemudian terikatlah perjanjian antar dua pihak untuk melakukan gencatan senjata, maka dilarang kaum muslimin untuk mengkhianati. 

Kemenangan Nan Indah

Tingginya adab dalam jihad ini membuahkan kemenangan nan penuh keindahan dan kemuliaan. Betapa negeri-negeri yang ditaklukkan, tumbuh subur, makmur, lagi berperadaban tinggi. 

Tidak ada diskriminasi di dalamnya, termasuk bagi para ‘pribumi.’ Bahkan di antara mereka, merasa bersyukur atas kedatangan kaum muslimin di negeri mereka. 

Peristiwa penaklukkan Eropa oleh Thoriq bin Ziyad, pun demikian Konstantinopel oleh Al-Fatih, justru mencatatkan kawasan tersebut ke puncak peradaban nan tinggi lagi mulia. 

Tentu saja ini sangat bertolak belakang, dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Barat (terlebih zionis Israel), yang selalu membuat kerusakan, berbuat dzalim melebih batas kemanusiaa.*   

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.