Sebagai umat muslim, sudah selayaknya kita menyadari hakikat hidup di dunia. Dunia tidak lebih hanyalah tempat untuk sejenak singgah, sebelum akhirnya menuju tempat kembali yang sesungguhnya, alam akhirat yang tak ada ujungnya. Karena itu perlu kiranya kita memperbanyak amalan sebagai tabungan akhirat sebelum ajal datang menjemput pulang.
Kematian Itu Pasti
Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, begitulah kutipan firman Allah dalam Al Qur’an. Bagi seorang muslim, sudah seharusnya untuk senantiasa mengingat kematian dan berusaha mempersiapkan dengan baik segala perbekalan. Karena kita pastinya menginginkan kediaman di surgaNya Allah, sebab itu marilah kita mempersiapkannya dengan matang, agar kelak tidak ada rasa penyesalan.
Berbicara mengenai keutamaan mempersiapkan kematian, Baginda kita Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyematkan gelar cerdas bagi seorang yang mempersiapkan dengan baik bekal kematiannya. Dalam haditsnya yang diceritakan dari Umar bin Khattab,
أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .
”Aku menemui Nabi SAW dengan sepuluh orang, lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (hadits riwayat Ibnu Majah).
Dalam hadits lain Beliau juga bersabda dari Syaddad bin Aus radhiyallahu anhu, “orang yang cerdas ialah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal (memperbanyak bekal) untuk hari setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.” (HR At Tirmidzi).
Mengapa Nabi mengatakan orang yang mempersiapkan kematiannya sebagai orang yang cerdas? mengapa bukan para ilmuwan yang telah menemukan berbagai temuan? atau doktor dengan sederet gelar akademiknya? Mengapa?
Itu karena orang-orang yang mempersiapkan amalan untuk akhirat (kehidupan setelah mati) sebenarnya merekalah orang-orang yang memahami betul hakikat hidup ini.
Orang-orang tersebut sadar betul bahwa dunia hanyalah tempat singgah, dan akhirat lah tujuan mereka sebenarnya. Ibarat seorang yang sedang singgah di suatu tempat, mereka hanya sebatas singgah sejenak untuk mengumpulkan tenaga agar dapat melanjutkan perjalanan menuju tujuan sesungguhnya. Mereka tidak akan terperdaya oleh keelokan tempat singgahnya dan selalu fokus memikirkan bagaimana cara mencapai tujuan dengan selamat sentosa.
Amalan Andalan untuk Tabungan Akhirat
Setelah seorang muslim memahami betul hakikat hidup di dunia, dirinya akan fokus untuk melakukan kebaikan dan amal-amal soleh. Sholat wajib tepat pada waktunya, menyempurnakan dengan sunnah rawatib, mendawamkan puasa senin kamis, membiasakan sholat malam, merutinkan sholat dhuha, rajin bersedekah dan gemar menolong. Ia akan berusaha memperbanyak bekal untuk kematian.
Hanya ternyata ada amalan-amalan utama, yang apabila dilakukan akan senantiasa mengalir terus pahalanya meski kita sudah tiada. Inilah amalan yang cocok untuk menjadi tabungan akhirat kita. Karena meski seseorang telah tiada (meninggal dunia) maka ia akan terus mendapatkan pahalanya.
Baginda Nabi dalam haditsnya yang masyhur menyampaikan berita gembira tentang ‘tabungan akhirat’ ini. Dalam riwayat Imam Muslim Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang manusia mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara. Yang pertama sedekah jariyah. Yang kedua, ilmu yang diambil manfaatnya. Ketiga, anak shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.”
1. Anak adalah Tabungan Akhirat
Memiliki seorang anak yang soleh merupakan anugerah yang setiap orang inginkan. Bahkan Nabi dalam sabdanya mengatakan bahwa memiliki anak soleh yang mendoakan kedua orang tuanya termasuk dalam amalan yang akan terus mengalir meski seorang telah meninggal dunia. Mengapa demikian?
Anak soleh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya agar selalu mendapatkan kebaikan dan keberkahan menunjukkan bahwa anak tersebut dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya. Jerih payah orang tuanya semasa hidup telah melahirkan seorang anak soleh yang siap taat kepada Allah. Karena itulah sudah selayaknya orang tua mendapatkan kebaikan yang serupa.
2. Ilmu yang Bermanfaat
Ilmu yang bermanfaat juga menjadi salah satu amalan yang senantiasa mengalir terus menerus. Seseorang yang memiliki ilmu lalu ia mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya kepada orang lain, dan orang yang ia ajarkan akhirnya mengikutinya, maka bagi yang mengajarkan mendapatkan pahala.
Dan pahala tersebut akan terus mengalir selama orang tersebut mengamalkan apa yang telah diajarkan padanya. Mengenai keutamaan ilmu ini, Nabiyullah Muhammad mengatakan dalam sabdanya,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR Imam Muslim no 3509).
Setidaknya dari hal ini, membuat kita semakin bersemangat untuk mengajarkan apa yang telah kita pahami kepada banyak orang, berharap ada ilmu-ilmu bermanfaat yang dapat menjadi tabungan akhirat kita.
3. Sedekah Jariyah
Dalam hadits tentang tabungan akhirat diatas, salah satu amalan yang pahalanya tidak terputus meski ia telah meninggal dunia ialah sedekah jariyah.
Secara bahasa sedekah berasal dari bahasa arab ‘shodaqoh’ yang bermakna pemberian. Adapun jariyah bisa diartikan dengan mengalir. Sehingga secara bahasa sedekah jariyah artinya sedekah yang mengalir (terus-menerus).
Perlu dipahami, ada perbedaan antara sedekah biasa dengan sedekah jariyah. Suatu sedekah dapat dikatakan jariyah apabila sedekah tersebut dapat terus memberikan manfaat kepada orang lain meski sang pemberi tidak ada. Ini disebabkan sesuatu yang disedekahkan masih memberikan manfaat dalam durasi waktu yang lama.
Karena itulah sedekah jariyah diidentikkan dengan barang-barang, bangunan, yang manfaatnya terus bisa diambil. Adapun contoh sedekah jariyah seperti memberikan harta untuk pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit dan sebagainya. Sedekah jariyah tidak memandang banyak sedikitnya harta, berapapun jumlah harta diperbolehkan. Karena titik tekannya ada pada keikhlasan pelaku dan kebermanfaatan barang.
Selama seseorang bersedekah harta yang selalu dapat diambil manfaatnya, dan dirinya melakukan hal tersebut ikhlas karena Allah, tidak mengharapkan imbalan apapun melainkan dari Allah, maka insyaAllah selama harta tersebut dimanfaatkan, selama itu pula ia akan senantiasa mendapatkan pahala dari Allah. MasyaAllah.
Mari Perbanyak Tabungan Akhirat!
Maka dari itu para pembaca yang budiman, marilah kita berlomba-lomba untuk memperbanyak tabungan akhirat. Apabila mendidik anak soleh cukup sulit karena perlu memakan waktu yang tidak sebentar, menyebarkan ilmu juga tidak mudah karena kita sendiri minim ilmu, maka sedekah jariyah bisa menjadi amalan yang ringan dilakukan namun punya dampak luar biasa.
Bagi Anda yang ingin melakukan sedekah jariyah, mari bersedekah bersama kami di BMH. Disini kami menyediakan layanan bagi siapa saja yang ingin bersedekah jariyah. Ingin berwakaf, bayar zakat online, dan sedekah jariyah apa saja insyaAllah BMH siap melayani Anda. Tunggu apalagi, mari memperbanyak tabungan akhirat bersama BMH.