Pagi di Pulau Sabuntan, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, membawa harapan baru bagi komunitas Suku Bajoe. Di tengah terpaan angin laut, pembangunan Pondok Pesantren Rahmatul Ulum terus berprogres, mencapai 55% pada November 2024.
Saat ini, para pekerja fokus pada pemasangan genteng, langkah penting untuk melindungi struktur utama dari cuaca ekstrem di kepulauan terluar ini.
Pesantren ini menjadi simbol harapan bagi masyarakat setempat. Selama ini, Pulau Sabuntan minim fasilitas pendidikan, terutama yang berbasis agama Islam. Kehadiran pesantren ini diharapkan mampu mengubah wajah komunitas Suku Bajoe, memberikan pendidikan yang tidak hanya membangun ilmu, tetapi juga menguatkan nilai-nilai keimanan.
“Alhamdulillah, dukungan dari donatur melalui BMH sangat berarti bagi kami. Meskipun kami berada di kepulauan terluar, perhatian umat tetap sampai ke sini,” ungkap Ustadz Sumardi, pengasuh Pondok Pesantren Rahmatul Ulum.
Baginya, setiap genteng yang terpasang adalah bukti nyata dari doa dan kepedulian umat Islam yang tersebar di seluruh penjuru negeri.
Zakat, Infak, dan Sedekah: Membangun Cahaya di Pelosok Negeri
Imam Muslim, Kepala Divisi Program dan Pemberdayaan BMH Jawa Timur, menekankan peran zakat, infak, dan sedekah dalam mewujudkan pembangunan ini.
“Pesantren Rahmatul Ulum adalah bentuk komitmen BMH untuk mendukung pengembangan pendidikan di wilayah terpencil. Kami berharap kehadiran pesantren ini mampu mencetak generasi muda yang berakhlak mulia dan menjadi pelita kebaikan di pulau-pulau terluar,” jelasnya.
Zakat, infak, dan sedekah tidak hanya menjadi instrumen ibadah, tetapi juga alat sosial yang membangun masyarakat lebih religius, berpendidikan, dan berdaya. Melalui dana yang dihimpun, masyarakat Suku Bajoe kini memiliki akses terhadap pendidikan yang layakâsesuatu yang sebelumnya hanya menjadi angan-angan di wilayah mereka.
Harapan dari Pulau Sabuntan
Dengan semangat gotong royong dan doa dari seluruh pihak, pesantren ini diharapkan menjadi pusat peradaban baru bagi Suku Bajoe. Pendidikan agama Islam yang diterapkan di Pesantren Rahmatul Ulum tidak hanya membangun pengetahuan, tetapi juga menanamkan akhlak yang kuat, mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan zaman.
Pembangunan ini adalah bukti nyata bahwa zakat, infak, dan sedekah mampu menjangkau masyarakat di pelosok negeri, mengubah keterbatasan menjadi potensi.
Pesantren Rahmatul Ulum berdiri tidak hanya sebagai gedung. Walakin juga sebagai simbol bahwa pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, di mana pun mereka berada.
Dari Pulau Sabuntan, cahaya itu kini mulai menyala, membawa harapan akan masa depan yang lebih baik.
“Dengan wujud nyata dari kepedulian umat Islam, pesantren ini menjadi jembatan. Jembatan utama menuju perbaikan hidup yang lebih mulia, baik di dunia maupun akhirat,” tutup Muslim.*/Herim