Di tengah kesederhanaan Pondok Pesantren Riyadul Awamil, yang bergema bukan hanya lantunan ayat-ayat suci, tapi juga gemericik semangat belajar para santri. Namun, di balik semangat itu, tersimpan cerita perjuangan yang tak banyak diketahui. Perut keroncongan dan singkong rebus sebagai pengganti nasi, menjadi bagian dari keseharian mereka.
Ayyas Jaisul Haq, salah satu santri, masih ingat betul bagaimana rasanya pulang dengan harapan membawa beras dari rumah, hanya untuk menemukan keluarganya juga sedang kekurangan. “Kembali ke pesantren dengan hanya singkong sebagai teman belajar, itu memang berat,” kenangnya.
Namun, kini senyum telah kembali mengembang di wajah Ayyas dan teman-temannya. Berkat uluran tangan para donatur BMH, beras kini tersedia di dapur pondok pesantren. “Alhamdulillah, sekarang saya dan teman-teman bisa makan kenyang dan belajar lebih tenang,” ucapnya dengan mata berbinar.
Ustadz Sarta, pimpinan pesantren, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. “Terima kasih kepada para donatur BMH atas bantuan berasnya,” doanya tulus. “Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang melimpah, dilapangkan rizkinya, diberi kesehatan dan kebahagiaan keluarganya.”
Bantuan beras ini bukan sekadar soal makanan, tapi tentang memberikan harapan dan semangat baru bagi para santri. Mereka kini bisa fokus menuntut ilmu, menggali khazanah Islam, tanpa harus dibayangi rasa lapar.
Di balik kesederhanaan Pondok Pesantren Riyadul Awamil, kini terpancar semangat baru. Singkong rebus mungkin masih menjadi bagian dari cerita mereka, tapi kini ia bukan lagi simbol kekurangan, melainkan pengingat akan perjuangan dan arti sebuah kepedulian.
“BMH dan para donatur telah membuktikan bahwa kebaikan sekecil apapun dapat membawa perubahan besar. Mereka telah menanam benih harapan di hati para santri, yang kelak akan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang berilmu dan berakhlak mulia,” tutup Kadiv Program dan Pemberdayaan BMH Banten, Roni Hayani.*/Herim