Gegap gempita kemerdekaan tak hanya milik orang dewasa. Di sudut Leuwiliang, Bogor, ratusan bocah RA & MI Daarul Muta’allimiens turut merayakannya dengan cara yang istimewa. Bukan hanya lomba makan kerupuk atau balap karung, mereka juga belajar tentang arti solidaritas untuk saudara-saudara di Palestina.
Sabtu pagi yang cerah itu (24/8/24), halaman sekolah dipenuhi warna-warni. Anak-anak berpakaian merah-putih, semangat mengikuti setiap rangkaian acara. Sorak sorai riuh rendah saat Kak Ansori, sang pendongeng kondang, mulai bercerita. Cerita tentang perjuangan para pahlawan, tentang arti kemerdekaan, dan tentang saudara-saudara di Palestina yang masih berjuang untuk kebebasan.
“Anak-anak, kemerdekaan itu mahal harganya. Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan dengan belajar sungguh-sungguh dan menjadi anak yang baik,” pesan Kak Ansori.
“Tapi ingat, kemerdekaan juga berarti peduli pada sesama. Kita harus membantu saudara-saudara kita di Palestina yang masih berjuang untuk kemerdekaan mereka,” ungkapnya.
Pesan Kak Ansori menyentuh hati anak-anak. Mereka terdiam sejenak, membayangkan bagaimana rasanya hidup dalam situasi konflik. Lalu, dengan semangat, mereka mengumpulkan infaq untuk program sumur bor di Palestina.
“Ini uang jajan aku, Kak. Semoga bisa membantu anak-anak di Palestina,” ujar seorang bocah sambil memasukkan uang ke kotak infaq.
Zainul, koordinator BMH Bogor, tersenyum haru. “Anak-anak ini mengajarkan kita tentang arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Merdeka bukan hanya tentang bebas dari penjajahan, tapi juga tentang berbagi dan peduli pada sesama,” ujarnya.
Acara ditutup dengan doa bersama untuk kemerdekaan Indonesia dan Palestina. Matahari mulai meninggi, tapi semangat anak-anak tak surut. Mereka pulang dengan hati penuh syukur dan tekad untuk terus berbagi kebaikan.
Di Leuwiliang, kemerdekaan tak hanya dirayakan dengan meriah, tapi juga dengan penuh makna. Anak-anak Daarul Muta’allimiens telah menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan dan solidaritas bisa tumbuh subur di hati yang tulus.*/Herim
