Cobalah melibatkan Allah Swt ketika kita bepergian. Demikian agar setiap kali kita safar akan membawa berkah dan kebaikan
Oleh: Khairul Hibri
Usai pulang dari mengajar, penulis dikagetkan beberapa panggilan yang tertera di layar HP. Yang menarik ada saudara di seberang pulau, yang selama ini jarang menghubungi.
‘Kecurigaan’ pun langsung muncul, akan adanya perkara penting?
Benar saja. Ketika penulis membuka pesan yang masuk di HP, disampaikan bahwa kakak sulung kami yang pulang dari menghadiri putrinya wisuda, mengalami kecelakaan.
Mobil travel yang ia naiki menabrak bagian belakang sebuah truk yang parkir sembarangan di pinggir jalan.
Informasi yang didapat, bahwa saudara kami itu mengalami luka parah, karena posisi duduknya ada di bagian depan, bersebelahan dengan sopir. Dua jari salah satu kaki beliau patah, karena kejepit bagian depan mobil.
Misteri Safar
Safar (jalan-jalan) baik itu jarak jauh ataupun dekat, acap orang lakukan. Entah itu karena ada unsur penting, semisal pekerjaan, atau sekedar liburan dan menyambung silaturrahim seperti musim mudik, menjelang hari Raya Idul Fitri, seperti beberapa bulan silam.
Harapan bagi mereka yang melakukan safar, bisa berjalan lancar, tanpa kendala berarti. Namun, realitanya, tidak sedikit pula yang menghadapi ujian seperti cerita di atas.
Karena itulah sebagai seorang beriman, kita harus memahami ‘rambu-rambu’ safar dengan baik, sesuai dengan yang dituntunkan agama Islam.
Tujuannya tidak lain agar perjalanan tetap membawa keberkahan, terutama ketika takdir buruk menimpa diri pada saraf tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama; pastikan safar yang hendak dilakukan bukan untuk kemaksiatan. Tapi, bertujuan untuk kebaikan baik itu bersifat duniawi, lebih-lebih akhirat.
Kedua, penting juga mengatur niat. Fokuskan niat untuk berburu ridha Allah. Tata hati. Di zaman yang suka mengeksplorasi diri di media sosial (medsos) seperti saat ini, penting sekali meluruskan niat. Sebab, safar kita akan bernilai pahala, bilamana niat kita berbuat karena ridha Allah.
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, salah satu upaya dalam menata hati itu, yaitu dengan membaca do’a ketika keluar rumah. Salah satu doa yang dituntunkan Nabi ﷺ , yaitu ; “Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi laa haula walaa quwwata illaa billahi (dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada-Nya, tidak ada upaya dan kekuatan dengan-Nya). (HR. Abu Daud)
Keempat, berupayalah untuk melaksanakan sholat dua rakaat (sholat safar). Karena merujuk kepada sabda Nabi Muhammad ﷺ, bahwa sholat dua rakaat ini bisa menjadi perisai diri dari keburukan ketika tengah berada di luar rumah.
Hal yang tak kalah penting, sebisa mungkin untuk menjaga kesucian diri. Minimal, telah berwudhu dari rumah. Kemudian, bila batal di pertengahan jalan, bila memungkinkan untuk memperbaharui wudhu, lakukan.
Bila sangat berat karena ketiadaan air, maka bisa dengan berwudhu. Terpenting adalah berusaha untuk senantiasa menjaga kesucian diri.
Demikianlah di antar adab safar. Tentu kita sangat berharap dan terus berdoa, semoga setiap kali safar yang kita lakukan akan membawa kebaikan. Allah permudah perjalanan dan diberikan keselamatan. Allahumma aamiin.*