Disorientasi menetapkan tujuan bisa menjadi ‘pelicin’ yang mengakibatkan lenyapnya moral
By: Khairul Hibri
Kenapa orang bisa berperilaku amoral, yang endingnya akan membawa kepada pelakunya kepada kehancuran hidup?
Dalam buku ‘Lembaga Budi,’ Buya Hamka memaparkan, bahwa penyebab dasar manusia berbudi buruk, karena ia tidak memiliki orientasi hidup.
Akhirnya, ia bertindak semaunya, dan asal-asalan. Tidak ada visi apapun, karena memang tidak punya, hidup dalam ketidakjelasan, aktivitas sembrono.
Yang lebih parah, ia merugikan orang lain.
Disorientasi atau salah dalam menetapkan target tujuan bisa menjadi ‘pelicin’ lainnya yang mengakibatkan lenyapnya moral.
Misal, tingginya hasrat ingin menggapai sesuatu, tanpa dibatasi jalur yang benar, maka, terjadilah apa yang tengah dialami negeri ini. Carut-marut perpolitikan dan hukum, karena ingin berkuasa.
Garapan Utama
Masih merujuk kepada buku Buya Hamka. Disampaikanlah historis dakwah Nabi Muhammad SAW. Bahwa, beliau dalam upaya memperbaiki kondisi sosial masyarakat jahiliyah, proyek garapan utamanya ada pada pembenahan visi hidup, yakni tauhid.
Pengesaan Allah dalam segala aspek kehidupan. Ketundukan totalitas kepada kehendak-Nya.
Baik itu aspek sosial, perniagaan, budaya, ekonomi, lebih-lebih ibadah dan penyembahan.
Butuh waktu cukup lama untuk mereorientasi masyarakat jahiliyah ini. 13 tahun bukan waktu singkat.
Ada pengorbanan tidak sedikit, mulai dari tenaga, pikiran, harta bahkan jiwa. Betapa banyak luka menganga, deraian air mata, dan bahkan nyawa melayang untuk mengiringi proses pembenahan orientasi ini.
Tapi lihatlah hasilnya, ketika orientasi hidup itu sudah jelas dan diyakini dengan sepenuh hati. Perbenahan-perbenahan pun terjadi.
Penduduk yang dulunya suka berpecah-belah, kini berubah saling menjahit benang persatuan.
Warga yang sebelumnya membenci, kini saling mencintai. Yang sebelumnya suka menzalimi, berubah mengasihi.
Puncaknya, ketika terjadi revolusi ‘peradaban’ ketika fathul Makkah. Karpet kemuliaan dibeber, menutupi karpet kejahiliyahan secara menyeluruh.
Bahkan selanjutnya, karper itu meluas, menembus batas-batas benua, hingga Afrika dan Eropa.
Ayo, Miliki…
Seorang pelajar tidaklah mungkin akan sukses dalam studi, bila ia tidak memiliki orientasi menguasai banyak ilmu dalam proses belajarnya.
Seorang pebisnis, tidaklah mungkin akan bisa melejit menjadi jutawan atau milyarder, manakala ia tak punya cita-cita ke arah sana.
Seorang politikus, guru, petani, atau profesi apapun itu, mustahil akan mengalami loncatan-loncatan kesuksesan manakala tidak memiliki orientasi survival.
Karena itu menjadi keniscayaan, mulailah menata kehidupan, hendak kemana ‘kapal’ akan berlayar. Tentukan arahnya. Bahkan, kalau bisa waktunya sekalipun.
Seorang pelajar SMP, misalnya, memiliki target, bahwa dalam kurun waktu tiga tahun, ia harus menguasai ilmu ini dan itu. piawai skil ini dan itu.
Begitu juga yang bergerak di bidang yang lainnya. Hatta si pengangguran sekalipun. Manakali bertekad untuk mengakhiri masa nir-pekerjaannya, dan berusaha dengan sekuat mungkin, bukan mustahil dalam sekejap bisa mengubah keadaan.
Tentu dengan catatan-catatan. Salah satunya; tidak pilah-pilih pekerjaan. Tidak gengsi selagi halal.
Insya Allah seiring dengan ketekunan, perubahan pasti terjadi.
Ingat pepatah mengatakan; “Tidak ada bilangan seribu, tanpa dimulai dari angka satu,”
Mulailah dari yang kecil-kecil. Karena untuk menempuh ujung anak tangga yang tinggi, tetap saja harus dimulai dari anak tangga yang pertama. So, milikilah orientasi hidup itu.*