Kondisi keimanan yang menurun menjadikan seseorang mengalami futur atau kehilangan semangat melakukan kebaikan, maka perlu monitoring harian
Untuk melahirkan generasi berkualitas sebagai pejuang tegaknya peradaban Islam, terutama kualitas iman. Maka Rasulullah ﷺ menggunakan berbagai metode tarbiyah kepada para sahabat.
Salah satunya dengan cara memonitor aktivitas harian mereka. Abu Hurairah RA meriwayatkan Rasulullah ﷺ suatu ketika bertanya kepada para Sahabat, “Siapa di antara kalian yang berpuasa pagi ini?” Abu Bakar ash-Shiddiq RA menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah ﷺ bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah mengantar jenazah pada hari ini?” Abu Bakar pun menjawab, “Saya.” Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya lagi: “Siapa di antara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar lagi-lagi menjawab, “Saya.” Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, “Tiadalah hal itu terhimpun dalam diri seseorang melainkan dia masuk surga.” (Shahih Muslim, no. 1028, kitab az Zakah, 2, hal. 713).
Begitulah seharusnya adab dan tanggung jawab yang tinggi bagi para murabbi dalam mentarbiyah anak-anak didiknya. Dari monitoring itulah akan nampak siapa di antara mereka yang lalai dalam ibadah, sehingga perlu nasihat dan perhatian, pada saat yang sama, memberi apresiasi.
Di sinilah urgensinya laporan amal harian (mutaba’ah ‘amal yaumyiah) dalam proses tarbiyah. Sistem monitoring ini dianggap efektif untuk meningkatkan iman dan amal ibadah peserta didik, dan pembiasaan baik ini dalam waktu lama dapat membentuk karakter.
Fluktuasi Iman
Monitoring amal harian bisa dijadikan salah satu teknik untuk melatih dan memotivasi peserta didik agar berpacu dan berlomba-lomba dalam kebajikan. Dalam waktu yang sama, bisa menjadi metode saling mengingatkan di antara sesama anggota halaqah dan peserta didik.
Jangankan kita, para Sahabat pun mengalami naik-turunnya iman.
Dikisahkan suatu ketika Handzalah al-Usaidy bertemu Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, dan menceritakan perihal kondisi imannya yang naik turun. Kepada Abu Bakar, Handzalah menyebut dirinya) telah “munafik” karena saat bersama Rasulullah ﷺ ia ingat neraka dan surga.
Namun apabila kita beranjak pergi dari sisi Rasulullah ﷺ, istri-istri dan anak-anak menyibukkan kita hingga lupa akan peringatan Rasulullah ﷺ.”
Akhirnya keduanya menghadap baginda ﷺ, dan bersabdalah Baginda Nabi ﷺ; “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, seandainya keadaan (iman) kalian senantiasa konstan sebagaimana kalian berada di sisiku dan saat berdzikir, niscaya para malaikat akan menyalami kalian di ranjang dan di jalanan, akan tetapi sesaat dan sesaat, wahai Handzalah.”(Muslim bin al Hajjaj an Naisaburi, Shahih Muslim, no. 2750, 4/2106)
Kondisi keimanan menurun itulah seseorang akan mengalami futur atau kehilangan semangat untuk melakukan kebaikan agar menjaga stabilitas iman dan amal shalih tetap istiqamah.
Potensi Godaan
Para aktivis dakwah tentu menyadari dan memahami bahwa perjalanan dakwah ini amatlah panjang. Mereka yang lemah dalam amal ibadah harian berpotensi tergoda untuk keluar dari jalan perjuangan.
Setiap Muslim –terutama yang berkomitmen meniti jalan dakwah ini– haruslah mengikuti proses tarbiyah ruhiyah melalui amal shalih dan ibadah yang dimonitor setiap hari. Monitoring ini bisa dilakukan oleh murabbi selaku pembina maupun sesama anggota atau peserta didik sebagai mutarabbi.
Di era teknologi sekarang ini, teknis pelaksanaan monitoring amat mudah dilakukan. Setelah ibadah berjalan baik, pada akhirnya nanti, boleh jadi monitoring seperti ini tidak diperlukan lagi.*