M-Taufik-dai-BMH-Long-Melaham-Kabupaten-Mahakam-Ulu-Kaltim-by-Ist

Merawat Harmoni di Morotai

Tiga hari setelah ia menginjakkan kaki di tempat tugas, ia langsung dinikahkan dengan putri pendiri pesantren

Lulus Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan tahun 2020, Ustadz Rikman Alwi langsung mendapat tugas dakwah ke daerah asalnya, Maluku.

Tepatnya di wilayah Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Untuk menuju daerah itu, perlu menempuh perjalanan panjang dan berliku.

Namun jiwa mudanya begitu membara, bagian dari didikan  di pesantren dulu.

Dari Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, ia menempuh perjalanan laut 13 jam menuju Pelabuhan Imam Lastori, Morotai. 

Perjalanan dilanjutkan dengan kendaraan darat sekitar 1 jam, barulah ia tiba di tempat tujuan, tepatnya Desa Cucumare, Kecamatan Morotai Selatan Barat.

Di tempat itu belum lama berdiri Pesantren Hidayatullah. Pesantren Tahfizhul Qur’an ini dirintis oleh Ustadz Khudri M. Yahya.

Yang menarik, tiga hari ia baru menginjakkan kaki di pulau ini, ia langsung dinikahkan dengan putri Sang Ustadz.

“Setelah beliau meninggal, saya melanjutkan kepemimpinan dakwahnya,” ungkap suami dari Umnuyyatul Hijrah ini. 

Di pulau terpencil ini harus siap mental dan sabar. Tak seperti di kota, yang semua serba ada.

“Di sini banyak keterbatasan fasilitas dan biaya hidup lebih mahal karena ini di pulau,” ujarnya.

Memberantas Buta al-Qur’an

Dikisahkan Alwi, dahulu kedatangan agama Islam di Morotai dibawa oleh para pedagang Arab. Meski usianya sudah cukup tua di pulau tersebut, namun realita keislaman masyarakat belum sematang usianya.

Buktinya, masih sedikit yang lancar membaca al-Qur’an, bahkan sebagian besar buta aksara al-Qur’an.

Alwi berpikir bahwa program membumikan al-Qur’an akan lebih mudah dilakukan jika didukung dengan adanya fasilitas semacam markas dakwah. Karena itulah, saat ini ia fokus membangun fisik pesantren.

“Itulah sebabnya sekarang kami fokus membangun fasilitas pesantren untuk menjadi rumah dakwah yang tersistem, agar dakwah selalu aktif berjalan,” jelasnya.

Meski proses pembangunan belum selesai, Alwi telah membuka  Majelis Qur’an.

Masyarakat mulai berdatangan untuk belajar mengaji, mulai dari belajar Iqro’ dan belajar al-Qur’an dari awal. Juga telah dibuka majelis Qur’an untuk semua kalangan, mulai anak-anak, ibu-ibu, hingga bapak bapak.

Buah Kebaikan

Sebagaimana kerap dialami oleh da’i lainnya, langkah dakwah Alwi tak semudah membalik telapak tangan. Beberapa pihak seperti meremehkan kemampuannya.

“Dulu saya diremehkan, banyak cibiran kepada saya dan juga kepada pesantren. Bahkan dulu plang (papan nama) pesantren pernah dirusak oleh oknum tertentu yang tidak suka,” ungkap pria kelahiran 25 Mei 1997 ini.

Alwi tidak membenci mereka. ia bahkan menyuruh jamaah mengantar sembako dan kurma ke rumah-rumah mereka.

Setiap Idul Qurban, tak lupa Alwi mengantar daging untuk tokoh masyarakat, biasanya disiapkan daging khusus bahkan kepala sapi, termasuk tokoh yang kerap mencibirnya.

Alhamdulillah, pendekatan semacam itu berhasil. Kini telah tercipta harmoni dengan pihak-pihak yang dulu tidak menyukai.

“Butuh waktu dan metode dakwah agar kehadiran kita tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat,” paparnya.

Ada dua hal penting yang selalu Alwi pegang saat berdakwah. Pertama, yang utama adalah harus sabar. Tidak bisa dakwah itu mau hasil yang cepat dan instan.

Kedua, pentingnya metode dakwah yang sesuai dengan objek. Da’i harus mengenali budaya di mana ia berdakwah.

Walaupun lokasinya di desa dan pedalaman pulau, tetapi berbagai kelompok Islam ada di Morotai. Ada NU, Muhammadiyah, Salafi, Jamaah Tabligh, dan lainnya. Semua itu harus dirawat harmoninya.

Juga ada umat Kristen yang besar, populasinya bahkan seimbang dengan Muslim.

Itulah sebabnya, Alwi selalu memposisikan diri sebagai penengah. Ia memegang teguh pesan almarhum mertuanya bahwa dakwah Hidayatullah harus menjadi penengah.

“Membangun silaturahmi ke semua golongan,” ujarnya.

Dakwah Keliling

Aktivitas dakwah Ustadz Alwi terus berkembang. Apalagi ada dukungan kafalah da’i dari BMH dan YMB BRILiaN.

Hal ini meringankan biaya dapur dan operasional dakwahnya sehingga ia semakin tenang dan fokus berdakwah tanpa merasa khawatir.

“Ini karunia yang sangat besar dari Allah. Alhamdulillah dakwah kami semakin terbantukan,” ungkapnya bersyukur.

Kini Alwi bisa lebih aktif berdakwah keliling dari rumah ke rumah. Waktunya rutin setiap malam Ahad. Masyarakat pun menyambut hangat.

“Masyarakat yang dulunya gak bisa ikut kajian di pondok karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing, alhamdulillah, kini bisa ikut merasakan dengan adanya kajian keliling.*/Siraj el-Manadhy

Berita Terkait

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.