Museum di Distrik Yi Ngo Thailand Selatan ini diklaim terbesar di ASEAN, saksi hidup sejarah Islam, menawarkan pengunjung menjelajahi kekayaan warisan budaya Islam
Senyum Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin terurai saat mengunjungi Museum Al-Quran dan Warisan Budaya Islam yang terletak di Chicken Endowment Hut, Yi Ngo, Provinsi Narathiwat, Thailand Selatan, belum lama ini.
Kedatangan Srettha Thavisin, disambut pengelola museum Al-Quran –yang diklaim– terbesar di Asia Tenggara, Ustaz Muhammad Lutfi Haji Seman, serta Gubernur wilayah Pattani, Narathiwat, dan Yala.
Thavisin juga menyaksikan pertunjukan pencak silat, seni bela diri tradisional yang tersebar luas di kalangan umat Islam di Melayu Nusantara.
Ini adalah pertama kalinya Perdana Menteri mengunjungi museum yang menyimpan puluhan salinan Al-Quran yang berusia hingga 1.500 tahun. Selama dua jam Thavisin juga mengunjungi pameran, membeli tiga tas anyaman buatan masyarakat lokal yang akan segera ia bawa dalam promosi pariwisata di Prancis.
PM Srettha Thavisin juga bertemu dengan Komite Islam Provinsi Narathiwat dan memanjatkan doa agar wilayah berbatasan dengan Malaysia ini tetap damai.
Al-Quran dan Sejarah Islam di Thailand Selatan
Museum Warisan Budaya Islam di Distrik Yi Ngo, Wilayah Narathiwat, Thailand, telah menjadi tujuan yang menarik bagi komunitas Muslim yang mengunjungi negara itu.
Museum ini terkenal dengan koleksi Al-Qurannya bangunan bersejarah dan unik yang menggabungkan arsitektur lokal dengan Desain Islami.
Fitur utama dari museum ini adalah pameran Al-Quran kudo yang disimpan dalam wadah kaca. Lebih dari 100 Al-Quran tua dikumpulkan melalui sumbangan penduduk setempat.
Museum ini juga memiliki departemen restorasi di mana sekelompok seniman dilatih untuk mengembalikan Al-Quran yang rusak. Mereka tidak hanya meningkatkan fisiknya tetapi juga mempelajari tipenya kulit dan kertas asli.
Kepala Museum, Mohd Lotfi Samae, mengatakan, Museum Warisan Budaya Islam dimulai sebagai pusat pendidikan yang dilengkapi dengan koleksi ayat-ayat Al-Quran.
Sejak didirikan, tempat ini menarik perhatian publik terhadap pelestarian Al-Quran yang indah. Bahkan tak sedikit departemen rehabilitasi menerima sumbangan Al-Quran kuno dari penduduk setempat.
Asal Usul Al-Quran Kuno
Pengelola museum mengumpulkan Al-Quran kuno dari berbagai negara; seperti India, China, Iran, Mesir, Yaman, Maroko, Spanyol, Afrika, dan Uzbekistan.
Museum bukan hanya tempat penyimpanan, tetapi juga tempat untuk mengeksplorasi sejarah kehidupan Islam di Thailand selatan, tempat umat Islam hidup berdampingan dengan penganutnya Buddha dari Tiongkok.
Mohd Lotfi Samae menyatakan bahwa kompleks museum yang baru dibuka pada awal 2023 lalu ini akan menjadi daya tarik utama di selatan Thailand, memperkenalkan warisan budaya dan sejarah yang kaya kepada pengunjung yang ingin memahami keragaman di wilayah tersebut.
Tulisan Tangan
Di museum ini, ada Al-Quran tulisan tangan kuno dengan usia yang luar biasa. Misalnya, ada mushaf tulisan tangan kuno dengan usia di atas 449, ditulis oleh Ibnu Almarhum Al-Marfu Maula Muhammad Al-Bassari pada 987 Hijriyah.
Selain itu, ada Tafsir Al-Jalalain, buku terkenal di kalangan ulama, ditulis pada tahun 840 H./1436 M, sekitar 596 tahun dalam kalender Hijriah.
Museum Warisan Budaya Islam di Distrik Yi Ngo ini dinilai sebagai saksi hidup sejarah Islam di wilayah muslim ini sekaligus menawarkan pengunjung berkesempatan untuk menjelajahi kekayaan warisan Budaya Islam. []