Ustadz Sumardiansyah
Ia seringkali harus menyiapkan cemilan untuk anak-anak agar tertarik dan betah untuk mengaji
Tamiang Layang adalah sebuah daerah di pinggiran Kalimantan Tengah, berbatasan langsung dengan Kalimantan Selatan. Salah satu ujian dakwah di daerah terpencil ini adalah banyak warga yang semula beragama Islam, murtad (kembali ke agama lama) atau pindah agama lain.
Ustadz Sumardiansyah menjadi salah satu dai yang berusaha mengisi ruang dakwah di daerah ini. Ia menetap di Pondok Pesantren Hidayatullah yang berlokasi di Kelurahan Tamiang Layang, Desa Jaar, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah.
Masyarakat asli Tamiang Layang adalah suku Dayak Maanyan. Kepercayaan aslinya adalah Kaharingan (animisme). Seiring berjalannya waktu, banyak di antara mereka yang beralih ke agama Kristen.
Jumlahnya mencapai sekitar 75%. Adapun yang beragama Islam sekitar 20%, dan sisanya 5% masih menganut Kaharingan.
Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Sementara sisanya adalah pegawai negeri dan pedagang. Mereka tinggal di desa-desa yang jaraknya saling berjauhan.
Cemilan di TPQ
Ustadz Sumardi bersama istrinya, Mar’atu Sholihah Hulalata, berbagi tugas mengisi ruang-ruang dakwah yang masih kosong. Untuk mencapai titik-titik binaan, mereka harus menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam.
Itu baru di daerah pertama. Wilayah dakwah yang lain masih lebih jauh lagi, dengan kondisi jalan yang berbukit dan jalur yang sulit.
“Harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir karena jalanannya rusak parah. Ban sepeda motor juga sering pecah,” ungkap pria kelahiran 19 Oktober 1982 itu.
Setiap Ahad sampai Kamis, Sumardi rutin berdakwah ke desa-desa, seperti Desa Patung, Desa Tampa, dan Desa Luaw Jawuk. Sedangkan Jumat dan Sabtu, ia bersama istrinya fokus kegiatan di sekitar lokasi pesantren.
Salah satu kegiatan yang dikelola Sumardi adalah Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) gratis. Bahkan ia seringkali harus menyiapkan cemilan untuk anak-anak agar tertarik dan betah untuk mengaji.
“Cemilan ini biar bisa menambah semangat mereka untuk mengaji,” ujar ayah dari 4 anak tersebut.
Alhamdulillah masyarakat setempat menerima dengan baik kehadiran Sumardi dan kawan-kawan. Sesungguhnya masyarakat memang sudah lama mengharapkan kehadiran para dai agar bisa melakukan pembinaan keagamaan.
Kegigihan Sumardi mendapat dukungan BMH dan YMB BRILiaN. Beberapa waktu lalu lembaga ini menyalurkan kafalah (tanggungan biaya, red) operasional untuk mendukung kegiatan dakwahnya.
“Terima kasih banyak. Selama ini untuk biaya hidup keluarga kami saja agak sulit, tetapi kami selalu upayakan membawa cemilan untuk anak-anak di lokasi dakwah. Dengan adanya kafalah ini, kami bisa menyediakan lebih banyak tanpa harus khawatir dengan kondisi dapur di rumah,” akunya.
Selain mengelola TPQ, Sumardi juga aktif dalam memberikan ceramah agama, kajian, dan menjawab berbagai pertanyaan seputar agama Islam.
Ia tak pernah lelah untuk terus membantu warga setempat agar bisa memahami ajaran Islam dengan baik dan benar.
Menjaga Aqidah
Ustadz Sumardi, istri, dan para dai Hidayatullah terus mengisi ruang dakwah yang kosong di wilayah Barito Timur.
Salah satu hal yang amat diperhatikan adalah budaya dan adat istiadat lokal, agar dakwah yang disampaikan bisa berjalan lebih baik dan lebih mudah difahami oleh masyarakat setempat.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menjaga hubungan baik dengan seluruh elemen masyarakat. Tidak cuma antar elemen umat Islam, namun juga dengan pemeluk agama Nasrani dan penghayat kepercayaan Kaharingan.
“Bagi saudara sesama Muslim, semoga aqidahnya semakin kokoh dan tak ada lagi yang memilih murtad,” harapnya.
Alhamdulillah hasilnya positif. Pemahaman keagamaan masyarakat tampak semakin baik dan lebih mendalam. Kehadiran Sumardi dan istrinya juga mampu memperkuat ikatan sosial dan kekeluargaan antar penduduk, terlepas dari perbedaan agama yang mereka anut.
“Masih banyak yang harus kami kerjakan dan masih sangat luas ladang dakwah di wilayah ini. Semoga kami diberikan keistiqomahan untuk menjalankan misi mulia ini,” tutupnya.*/Siraj el-Manadhy