Tanah retak, dedaunan layu, dan harapan mulai memudar di Dusun Sarirejo, Mojokerto. Namun, di tengah “keputusasaan” sebuah perjuangan gigih tengah berlangsung. Bukan untuk mencari emas atau berlian, tetapi untuk menemukan harta yang jauh lebih berharga: air bersih, yang akan memulihkan semangat dan menyirami benih-benih kehidupan di desa yang terdampak kekeringan ini
Di Yayasan Madyan Hidayatullah, para santri dan warga sekitar telah lama berjuang menghadapi krisis air bersih. Musim panas yang berkepanjangan membuat sumur-sumur mengering, menyisakan kesulitan dan ketidakpastian. Namun, di tengah tantangan ini, secercah harapan muncul.
Tim BMH, dengan semangat bak pemadam kebakaran yang berpacu dengan api, tengah mengebut pembangunan sumur bor. Suara mesin bor yang berdentam-dentum menjadi melodi indah bagi para santri yang menyaksikan dari kejauhan. Mereka tahu, setiap putaran bor membawa mereka semakin dekat dengan impian akan air bersih yang melimpah.
“Alhamdulillah, kami sangat berterima kasih kepada BMH,” ujar Diyenhaq, pengasuh pondok pesantren, dengan mata berkaca-kaca.
“Sumur bor ini adalah jawaban atas doa-doa kami selama ini.”
Imam Muslim, Kadiv Program dan Pemberdayaan BMH Jatim, menegaskan komitmen BMH untuk menyelesaikan proyek ini secepat mungkin. “Kami tahu betapa pentingnya air bersih, terutama di musim panas seperti ini,” ujarnya (17/9/24).
“Kami ingin para santri bisa fokus belajar dan beribadah tanpa harus khawatir lagi tentang air.”
Di balik debu dan peluh yang bercucuran, terpancar semangat gotong royong dan kepedulian yang tinggi. BMH, para santri, dan warga sekitar bahu-membahu, bekerja sama untuk mewujudkan impian bersama.
Sumur bor ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi juga simbol harapan dan kehidupan. Ia akan menjadi mata air kebaikan yang mengalirkan kesejahteraan bagi masyarakat Mojokerto, mengajarkan arti pentingnya berbagi dan kepedulian terhadap sesama.*/Herim