Kapan terakhir kita, suami, memanggil istri dengan panggilan ‘sayang’?
By: Khairul Hibri
Beberapa waktu lalu, viral di media sosial kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh seorang suami, kepada seorang istri, yang notabene mantan atlet.
Menurut ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Andy, sepanjang tahun 2024 ini saja, sebanyak 34.682 perempuan menjadi korban tindak kekerasan.
Tentu sangat disayangkan, peristiwa memilukan ini terjadi, justru di negeri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Inilah di antara tuntunan Islam kepada suami dalam memperlakukan istri;
Pertama; Memperlakukan istri dengan baik. Muliakanlah istri. Hatta kalaupun ia melakukan kesalahan, jangan sampai terpancing untuk berbuat kasar kepadanya.
Rasulullah ﷺ sangat mewanti para suami, agar tidak berbuat durja kepada kaum perempuan, khususnya istri.
Dari Hakim bin Muawiyah al-Qushayri dari ayahnya, ia berkata; Saya bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah hak istri seseorang atas suaminya? Beliau bersabda; “Hendaklah Engkau memberinya makan jika engkau makan, dan memberinya pakaian jika engkau berpakaian. Janganlah kamu memukul wajahnya, janganlah kamu mengucapkan kata-kata buruk, dan janganlah kamu mendiamkannya kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Daud)
Kedua; Bertutur kata baik. Sesekali, amatilah aktivitas istri di rumah. Alangkah repotnya, dalam menyiapkan segala sesuatu, kebutuhan kita, sebagai suami, dan anak-anak.
Belum lagi kalau dia juga punya kegiatan di luar. Tambah banyaklah pekerjaannya.
Meski demikian, kita temui, betapa istri itu mengerjakan dengan tulus kerjaan itu. Resapi, betapa pengorbanan istri sangatlah luar biasa untuk keluarga kita.
Hasil resapan itu, kita jadikan benteng pertahanan, ketika mendapati sesuatu yang kurang berkenan di hati atas tindakan istri. Benteng agar kita tidak mudah mengucapkan kata-kata kasar, apalagi sampai mengumpat dan sebagainya.
Hal inilah yang menjadikan Umar bin Khattab memilih jalan sabar menghadapi sang istri. Lebih dari itu, bila kita dapati teladan mulia dari Rasulullah ﷺ.
Tidak ada sesuatu yang keluar lisan beliau, kecuali ucapan-ucapan baik kepada para istri. Bahkan, untuk membangun keindahan dalam rumah tangga, beliau sapa sang istri dengan panggilan mesra, seperti khumaira yang memiliki arti kemerahan atau yang berpipi merah.
Kapan terakhir kita, suami, memanggil istri dengan panggilan ‘sayang’?
Ketiga: Memaafkan ketika bersalah. Salah satu adab yang sangat dijunjung dalam Islam, ialah maaf-memaafkan.
Sebagai pasangan hidup, yang sehari-hari bersama, tentu dalam berinteraksi bukan mustahil ada kekeliruan yang dilakukan oleh istri. Sifat suami yang bijak, dan ini yang menjadi tuntunan Islam, yaitu memaafkan.
“Maka barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS: Asy-Syu’ara’: 40)
Keempat: Membantu istri. Nampaknya, adab satu ini banyak terabaikan oleh para suami.
Nabi Muhammad ﷺ, acap sekali beliau mengerjakan ‘pekerjaan istri.’ Apa misalnya? Menjahit pakaian beliau yang robek.
Bila kita amati dengan kacamata kekinian, pekerjaan jahit menjahit adalah ‘kewajiban’ dari istri. Pekerjaan emak-emak.
Tapi lihatlah apa yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ? Beliau lakukan sendiri. Ini artinya, beliau telah meringankan pekerjaan sang istri.
Kiranya, empat hal ini coba kita praktikkan dalam kehidupan rumah tangga. Insya Allah rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah akan kita dapati. Aamiin.*