Dalam hembusan dinginnya udara pegunungan dan kabut yang menyelimuti Desa Kutuh, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, kehangatan terpancar dari wajah-wajah 55 keluarga mualaf. Bukan karena mentari pagi yang malu-malu menampakkan diri, melainkan karena hadirnya bantuan dari BMH dan YBM BRILiaN yang membawa lebih dari sekadar beras dan hijab.
Di pelosok kampung ini, di mana perjalanan spiritual baru dimulai, setiap paket sembako dan hijab yang diterima adalah sebuah pelukan hangat. Bukan hanya perut yang kenyang, tetapi juga jiwa yang terisi. Hijab yang kini mereka kenakan, bukan hanya kain penutup kepala, tetapi juga simbol keteguhan hati dalam memeluk agama baru.
Bapak Mustaqim, kepala dusun, tak mampu menyembunyikan rasa harunya. “Alhamdulillah,” ucapnya lirih, “terima kasih BMH, terima kasih YBM BRILiaN. Semoga saya dan warga di desa ini bisa lebih istiqomah beribadah.” Baginya, bantuan ini adalah bukti nyata bahwa mereka tidak sendiri dalam perjalanan iman mereka.
Ahmad Wandoyo, Kepala BMH Perwakilan Bali, mengamati pemandangan mengharukan ini dengan senyum penuh arti.
“Bantuan ini bukan hanya mengubah hidup mereka, tapi juga menanamkan harapan indah bahwa mereka tidak sendiri dalam perjalanan spiritual mereka,” ujarnya.
Di tengah kabut yang perlahan menipis, semangat baru mulai bersemi di Kampung Mualaf Desa Kutuh. Bantuan dari BMH dan YBM BRILiaN bukan hanya sekadar amal, tetapi juga investasi untuk masa depan yang lebih baik. Sebuah masa depan di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang, memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam naungan iman.
“Kebahagiaan yang terpancar dari wajah para mualaf adalah bukti nyata bahwa kebaikan sekecil apapun dapat memberikan dampak yang luar biasa. Di Kintamani, kabut pun seolah ikut tersenyum, menyaksikan indahnya ukhuwah dan kepedulian yang terjalin di antara sesama manusia. Dan, inilah hikmah dari zakat, infak dan sedekah,” tutup Kepala BMH Perwakilan Bali, Ahmad Wandoyo.*/Herim
