Di sebuah sudut damai Tulungagung, di tengah lantunan ayat-ayat suci yang mengalun merdu, tersimpan perjuangan tak kenal lelah para santri muda. Mereka adalah para penghafal Al-Qur’an di Pesantren Tahfidzul Quran Nurul Iman, yang setiap harinya bergulat dengan hafalan, tafsir, dan pemahaman kitab suci.
Di balik senyum tulus dan semangat membara mereka, ada pula kekhawatiran yang tersembunyi. Beban kebutuhan sehari-hari, termasuk pangan, kadang mengusik ketenangan hati mereka. Namun, di tengah perjuangan itu, secercah harapan datang menyapa.
Pada Jumat yang penuh berkah, 6 September 2024, Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) hadir membawa berkah. Bantuan beras yang mereka salurkan bukan sekadar beras biasa, tapi simbol dukungan dan kepedulian terhadap generasi penerus bangsa. Karung-karung beras itu seolah berkata, “Teruslah berjuang, wahai para santri! Kami ada di sini, mendukung langkah kalian menuju masa depan gemilang.”
Ustadz Ahmad Irfan, pengasuh pesantren, tak mampu menyembunyikan rasa harunya. “Bantuan ini seperti oase di tengah padang pasir,” ungkapnya lirih.
“Semoga setiap butir beras ini menjadi berkah bagi para donatur dan menjadi energi bagi para santri untuk terus menghafal Al-Qur’an.”
Imam Muslim dari BMH Jatim menegaskan, “Para santri ini adalah investasi masa depan bangsa. Mereka adalah penerang di tengah kegelapan, penjaga nilai-nilai luhur agama. Kami bangga bisa menjadi bagian dari perjuangan mereka.”
Di balik berita sederhana ini, tersimpan kisah humanis yang menyentuh hati. Bantuan beras dari BMH bukan sekadar soal pemenuhan kebutuhan fisik, tapi juga tentang harapan, semangat, dan solidaritas. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, masih ada orang-orang yang peduli pada perjuangan para santri, generasi penerus bangsa yang bercita-cita tinggi.
“Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berbagi dan peduli, karena setiap uluran tangan, sekecil apapun, bisa membawa perubahan besar bagi mereka yang membutuhkan,” tutup Muslim.*/Herim