Di bawah langit biru Lombok, Dusun Ganjar di Desa Mareje menjadi saksi bisu sebuah momen indah. Bukan sekadar pemberian jilbab, melainkan sebuah ungkapan cinta dan solidaritas yang tulus dari Muslimat Hidayatullah NTB dan BMH kepada para muslimah di pelosok kampung mualaf ini (13/9/24).
Seiring dengan peringatan Hari Solidaritas Jilbab Sedunia, 35 jilbab beserta beras dan mie instan diserahkan kepada ibu-ibu penerima manfaat. Lebih dari sekadar kain penutup aurat, jilbab-jilbab ini menjadi simbol kekuatan, identitas, dan ketaatan kepada Allah SWT.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur atas pemberian ini,” ujar Ibu Ani, salah seorang penerima jilbab, dengan mata berkaca-kaca. “Ini bukan hanya tentang jilbab, tapi juga tentang perhatian dan kasih sayang yang kami rasakan.”
Ustazah Nur Malina, ketua panitia kegiatan, menjelaskan bahwa program ini merupakan bentuk nyata syiar Islam dan upaya mempererat ukhuwah di tengah masyarakat. “Kami ingin berbagi kebahagiaan dan memberikan dukungan kepada saudara-saudara muslimah di pelosok,” ungkapnya dengan senyum hangat.
Di balik tawa riang dan pelukan hangat, tersirat sebuah cerita perjuangan dan harapan. Para muslimah di Dusun Ganjar, yang mungkin pernah merasa terpinggirkan, kini menemukan tempat di hati saudara-saudara seiman. Jilbab-jilbab yang mereka kenakan adalah bukti nyata bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan iman mereka.
Momen ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menutup aurat sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Jilbab bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga perisai yang melindungi dan memperkuat identitas seorang muslimah.
Di Dusun Ganjar, Hari Solidaritas Jilbab Sedunia bukan hanya diperingati, tetapi juga dihayati. Jilbab-jilbab yang terbentang menjadi simbol keindahan Islam, merajut cinta dan persaudaraan di tengah keberagaman.*/Herim