Siapa sangka, enam karung beras bisa menjadi pemantik semangat luar biasa di Pondok Pesantren Daarul Hijrah, Tanralili, Maros pada 5 September 2024 .
Bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan pangan para santri penghafal Al-Qur’an yang berjumlah 80 orang, beras ini menjadi simbol kolaborasi unik antara Laznas BMH dan para santri dalam membangun kemandirian.
“Kami tidak hanya menerima beras, tapi juga kesempatan untuk belajar,” ujar salah seorang santri dengan penuh semangat.
Di pesantren ini, beras bukan hanya dimasak, tapi juga ditanam! Lahan sekitar pesantren telah berubah menjadi ladang subur, di mana santri belajar bertani ubi kayu dan lombok, sambil terus menghafal ayat-ayat suci.
Fatahillah, Koordinator Laznas BMH Gerai Maros, melihat ini bukan sekadar bantuan, tapi investasi masa depan.
“Kami ingin melahirkan generasi cerdas yang tak hanya menguasai ilmu agama, tapi juga mandiri secara ekonomi,” ungkapnya.
Bahkan, semangat ini menular ke warga sekitar. Lima keluarga prasejahtera turut menerima bantuan beras, menjadi bagian dari lingkaran kebaikan yang terus meluas.
Namun, BMH tak berhenti di situ. Mereka tengah membangun pesantren rintisan di Dusun Damai, Desa Manggai, Kecamatan Tanralili.
“Kami mengajak semua pihak untuk berkolaborasi, agar semakin banyak masyarakat merasakan manfaatnya,” ajak Fatahillah.
Ini bukan sekadar berita tentang bantuan beras. Ini adalah kisah tentang bagaimana zakat, infak, dan sedekah, di tangan yang tepat, bisa menjadi benih-benih perubahan.
“Di Tanralili, beras tak hanya mengisi perut, tapi juga menumbuhkan harapan, kemandirian, dan semangat dakwah yang tak pernah padam. Dan, inilah berkah zakat, infak dan sedekah,” tutup Fatahillah.*/Herim