Kamis, 7 November 2024, tim asesmen Baitul Maal Hidayatullah aktif bergerak. Kali ini mendatangi Pondok Pesantren Nurul Ikhlas, sebuah tempat yang penuh dengan tekad dan ketulusan, jauh dari keramaian di bawah kepemimpinan Ust. Jainudin.
Ustadz Jaenudin, sosok sederhana yang merintis pesantren ini, tidak pernah membayangkan dirinya akan terjun penuh mengurusi pendidikan generasi muda di kampungnya.
Selepas mondok di Pesantren Raudatul Ulum Cidahu, Pandeglang, ia sempat menjalani kehidupan sebagaimana warga biasa. Berkeluarga dan bekerja di bengkel, ia bahkan absen dari pengajian gurunya.
Namun, sebuah pertemuan kembali dengan sang guru menggugahnya. “Jangan khawatir soal rezeki, itu sudah Allah yang atur. Mending kamu urus saja anak-anak di lingkunganmu biar bener,” begitu pesan gurunya yang menggugah kesadaran keimanannya.
Dengan berat hati, Jaenudin pun meninggalkan pekerjaan bengkel dan mulai fokus mendirikan pesantren.
Masyarakat yang sudah lama cemas melihat perilaku anak-anak mereka yang terjerumus dalam kebiasaan negatif, menyambut baik niat Jaenudin.
Akhirnya, pada akhir 2018, dengan bergotong royong, mereka mulai membangun pondok di lahan wakaf keluarga Jaenudin.
Kini, pondok ini menampung 43 santri putra dan putri. Meski tanpa biaya, Jaenudin tetap teguh menyediakan pendidikan bagi mereka.
“Mereka gratis, namun semua harus mandiri. Bawa beras dari rumah, masak sendiri di dapur sederhana dengan tungku dan kayu bakar,” jelas Jaenudin.
Sisi yang sangat lama menjadi beban pikiran Ust. Jaenudin adalah fasilitas di pesantren yang masih jauh dari memadai.
Untuk kebutuhan air bersih, Jaenudin hanya mampu menyediakan sumur gali sederhana.
“Saat musim kemarau, sumur sering kering, dan saya khawatir santri tercebur saat menimba air,” ungkapnya.
Ingin Sumur Bor
Harapan Jaenudin sederhana, ia ingin ada sumur bor agar kebutuhan air bersih santri lebih tercukupi.
Tanpa adanya sumber air bersih yang memadai, semua hal terhambat, termasuk untuk ibadah. Lebih jauh, ari bersih sangat mendesak agar santri bisa hidup sehat.
Menghidupi keluarganya, Jaenudin beternak kambing dan berjualan kain sarung setiap Ramadhan.
“Alhamdulillah, jualan sarung ini terus berjalan karena saling membantu sesama teman pondok,” katanya dengan senyum.
Pesantren Nurul Ikhlas kini telah menjadi tempat berlindung bagi generasi muda kampungnya dari godaan dunia luar yang berbahaya.
Di sini, mereka belajar Al-Quran, menghafal, dan mendalami kitab-kitab kuning, menjadikan pesantren ini bukan hanya tempat belajar, tapi simbol perjuangan dan dedikasi Ustadz Jaenudin untuk masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya.
BMH hadir dalam rangka membantu perjuangan mulia Ust. Jaenudin dalam menyediakan fasilitas mendasar bagi pesantren, yakni membangun sumur bor.
“BMH akan coba dan semoga nanti pesantren ini tidak lagi kesulitan air bersih,” tutur Kadiv Program dan Pemberdayaan BMH Banten, Roni Hayani.*/Herim