Bayangkan menempuh perjalanan satu jam, melintasi jalanan terjal dan berliku, hanya untuk menunaikan sholat Jumat. Itulah realitas yang dihadapi warga Dusun Singkalong, sebuah dusun terpencil di pedalaman Seko, Sulawesi Selatan.
“Kalau ustaz tidak datang, kami di sini sholat Zuhur saja. Tidak ada yang khotbah,” ungkap salah seorang warga saat tim Laznas BMH tiba di sana.
Kerinduan mereka akan siraman rohani dan bimbingan Islam begitu terasa.
Menjawab kebutuhan tersebut, BMH bekerjasama dengan YBM BRILiaN tak hanya datang dengan tangan kosong.
Buku iqra, buku khotbah, panduan sholat, dan buku doa-doa diberikan sebagai hadiah, agar warga bisa melaksanakan sholat Jumat dengan lebih baik. Tak lupa, paket sembako hasil kolaborasi dengan YBM Brilian juga turut dibagikan.
“Kami beli bahan-bahannya di toko setempat, agar bisa memberdayakan warga sekaligus memudahkan proses penyaluran,” jelas Ghozi, pelaksana program BMH.
Dusun-dusun di pedalaman Seko memang haus akan pembinaan keislaman. Ustadz Bahtiar, alumni Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah Balikpapan, menjadi sosok penting bagi para mualaf di sana. Namun, medan yang berat menjadi tantangan tersendiri.
Untuk menjangkau mereka, para dai harus menggunakan kendaraan yang sudah dimodifikasi khusus.
“Sok mobil, tanpa rem belakang, ganti gear, semua sudah biasa,” ujar Ustadz Bahtiar sambil menunjukkan motor trailnya yang sudah “kenyang” pengalaman.
Perjalanan dakwah memang tak selalu mudah. Seperti yang dialami Ustadz Bahtiar saat rantai motornya putus dan lampu mati di tengah padang yang sunyi. Namun, semangat untuk berbagi ilmu dan membimbing saudara-saudara mualaf tak pernah padam.
Kisah ini adalah potret perjuangan dakwah di pelosok negeri. Sebuah pengingat bagi kita semua untuk selalu bersyukur dan menghargai setiap usaha yang dilakukan para dai dalam menyebarkan cahaya Islam.*/Herim
